MALAS MENULIS

 

KETIKA SAYA MALAS MENULIS


 Flyer terbaru ketika menjadi Narasumber Menulis pada IGI dalam program kerja SAGUSAPOP (Satu Guru Satu Pembiasaan)

Ada saatnya kita malas menulis. Pada saat apa kita malas menulis?... Bagiku menulis itu semudah ceplok telur, tetapi kadang saya dilanda rasa malas untuk menulis. Jika hal ini melanda saya, kegiatan yang saya lakukan adalah membaca. Yaaa, membaca apa saja. Kali ini saya membaca WA group SUSAPOP kanal WhatsAap group pada organisasi IGI yang mengajak kita untuk bermalam minggu dengan mendengarkan narasumber profesional dalam dunia menulis Indonesia.

Saya adalah salah satu narasumber yang pernah diundang pada kegiatan SASUSAPOP untuk memberikan materi tentang menulis. Sesuai dengan passion diri saya yaitu “Menulis Semudah Ceplok Telor” Saya menyampaikan materi itu dengan semangat juang Raden Ajeng Kartini. Seperti dikisahkan dalam buku Sisi Lain Kartini (2016) oleh Djoko Marihandono dan kawan-kawan, berikut sikap-sikap teladan dari Raden Ajeng Kartini:

Berani dan optimis. RA Kartini ditentang oleh masyarakat sekitar karena memiliki pandangan berbeda. Karena ingin memperjuangkan martabat perempuan, Kartini dengan berani mendobrak aturan-aturan yang ada. Kartini menganggap bahwa perempuan harus keluar rumah untuk belajar dan mengejar cita-cita. Tidak hanya di dalam rumah, apalagi hanya mengurusi rumah tangga.

Mandiri. RA Kartini dikenal sebagai perempuan yang mandiri. Kartini selalu mencari cara agar pemikirannya bia tersampaikan oleh orang banyak. Meski tidak sekolah tinggi, Kartini selalu belajar dengan usahanya sendiri. Bahkan dirinya terkenal gemar menulis surat kepada sahabat penanya.

Sederhana. RA Kartini lahir dari keluarga bangsawan. Ayahnya merupakan bupati Jepara. Meski berasal dari keluarga yang terpandang, Kartini tetap hidup sederhana dan berteman dengan siapa saja.

Berwawasan luas. Dari kegiatannya menulis surat, wawasan Kartini semakin luas. Dirinya semakin berpikir bahwa perempuan harus memiliki hak yang sama dengan laki-laki. Baik dalam pendidikan, bekerja, dan berpendapat.

Inspiratif. Semua yang dilakuakn RA Kartini menunjukkan keikhlasan dan sungguh-sungguh. Dengan perjuangan dan sikapnya, kini sosok RA Kartini dapat menjadi inspirasi bagi bangsa Indonesia maupun negara lain. Pandangan-pandangan yang diberikan Kartini, serta semangat perjuangannya mampu membangunkan generasi muda untuk turut semangat dan kreatif demi bangsa dan negara.

Artikel tentang Raden Ajeng Kartini di atas telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sikap Teladan dari Raden Ajeng Kartini", silahkan klik untuk membaca di sini: https://www.kompas.com/skola/read/2021/01/26/191843369/sikap-teladan-dari-raden-ajeng-kartini. Ditulis oleh Serafica Gischa. Membaca kisah-kisah dalam WhatsAap group menulis tersebut, membuat rasa malas itu hilang seketika. Lalu, tumbuh dengan sempurna semangat menulis dalam jiwa saya. Seketika itu saya ambil laptop dan kutunaikan hobi menulis saya dengan mengawali membaca “Bismillahir rahmanir rahiim.'' 

Pada hari Minggu ini, saya buka WA dan mata saya tertuju pada penjelasan tentang “Diksi”. Saya merasa bahwa tulisan tentang diksi yang dikirim oleh sahabat leterasi yang bernama Nastain dalam group tersebut harus saya abadikan dalam tulisan saya. Agar semua orang tahu apa makna dari diksi itu. Sebagai motivator menulis saya juga merasa penting kita tahu apa makna diksi yang sebenarnya.

Diksi adalah pilihan kata untuk menggambarkan sebuah cerita. Tidak terbatas kepada pilih-memilih kata saja, diksi juga digunakan untuk mengungkapkan gagasan atau menceritakan peristiwa. Diksi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya.

 Menurut KBBI, diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan). Dengan kata lain, diksi merupakan pemilihan kata yang tepat untuk mengungkapkan suatu gagasan agar mendapatkan hasil tertentu.

Diksi adalah pemilihan kata yang tepat untuk menyampaikan maksud yang diinginkan. Dengan begitu, lawan bicara akan lebih mudah mengerti apa yang kamu sampaikan. Diksi sangat berguna dalam penulisan karya tulis seperti puisi, novel, laporan dan lain-lain.

Nah saya akan menjawab pertanyaan di atas, “Pada saat apa kita malas menulis?...”. saya merasa malas menulis jika pekerjaan sebagai guru sangat padat. Hal kedua adalah ketika banyak pekerjaan menulis sebagai editor buku sangat menumpuk. Hal ketiga adalah ketika saya harus mengawal terbitnya sebuah buku ber-ISBN yang dipercayakan kepada ibu guru cantik guru inspirasi NTT Bunda Lilis Sutikno.

Saya tidak mau bekerja asal dan tidak berkualitas. Karena aktivitas utama sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) yang berprofesi sebagai guru desa. Maka saya harus profesional menjalankan tanggung jawab Negara yang ada di pundak saya dengan memohon pertolongan kepada Allah saja. Seperti firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Ali 'Imran Ayat 173, "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung".(QS.Ali’Imran:173).

Karena tiga alasan itulah, rasa malas menulis melanda ketika semua harus saya prioritaskan!. Hingga harus dibayar mahal dengan tertundanya kenaikan pangkat saya ke jenjang yang lebih tinggi IV/c pada tahun lalu. Ha ha ha . . . rasa sedih ada, tetapi saya harus terus tertawa untuk membuang rasa kecewa itu. Sebab dengan tertawa kita akan tetap bahagia meskipun naik pangkat tertuda. He he he . . .

Tertundanya saya naik pangkat bukan masalah administrasi yang harus dipenuhi oleh seorang guru yang hendak naik pangkat ke jenjang yang lebih tinggi. Karya tulis ilmiah yang sudah masuk dalam jurnal ilmiah telah memenuhi syarat saya sebagai guru desa untuk layak naik jenjang kepangkatan saya ke IV/c. Seminar pertanggung jawaban publik dari Karya Tulis Ilmiah saya juga telah terpublikasi dalam Jurnal Ilmiah edisi khusus Hari Merdeka. Seminar juga sudah saya lakukan bersama para guru dan kepala dinas serta dihadiri oleh Ketua Agupena Nusa Tenggara Timur, Bapak Thomas Akaraya Sogen, S.Pd., MBA.

Karya tulis berupa buku solo karier “GURU adalah INSPIRASI Serial Pelita Kampung Beta, Jejak Juang Guru Desa di NTT”. Dengan nilai angka kredit 4 sebagai buku pendidikan juga ada dan telah menjadi buku best seller Nusantara. Sertifikat Narasumber tak terhitung banyaknya, terakhir sebagai Narasumber daring dalam kegiatan IGI program SAGUSAPOP.

Sertifikat peserta diklat juga ada, apalagi diklat Nasional sebagai Instruktur, Narasumber, Fasilitator. Serta banyak istilah yang telah saya ikuti, yang intinya setelah pulang diklat tingkat Nasional, saya harus mengajar para guru-guru di Nusa Tenggara Timur. Sertifikat sebagai Narasumber seminar juga ada, apalagi sertifikat sebagai peserta seminar tak terhitung lagi jumlahnya.

Lalu mengapa saya belum juga bisa naik pangkat ke IV/c ??? . . . tanyakanlah kepada rumput yang bergoyang di sekitar Anda. Semoga ada jawaban pasti jejak langkah saya menuju ke IV/c dalam waktu dekat ini. Aamiin... Di sepertiga malam pada setiap sujudku meminta kepada Allah, untuk kelancaran jenjang kenaikan pangkat saya menuju ke IV/c dengan tanpa masalah sedikitpun. Saya yakin Allah Azza wa Jallah akan melancarkan semuanya dengan segala keajaiban dalam hidup saya yang begitu indah. Allah itu ajaib dan sangat ajaib dalam hidup saya, juga dalam hidup Anda.

Komentar

  1. Semoga di mudahkan semua urusanya ibu ... Semangat

    BalasHapus
  2. MasyaAllah.. terima kasih Bunda, buat inspirasinya di pagi ini

    BalasHapus
  3. ما شاء الله
    Kerrreeeeenh..!!!

    BalasHapus
  4. Luar biasa kiprahnya Bu. Semoga dilancarkan dan dimudahkan dalam segala urusan.

    BalasHapus
  5. Tulisan bunda sangat menyentuh hatiku

    BalasHapus
  6. Tetap semangat bunda Lilis inspiratorku ....👍👍

    BalasHapus
  7. Tetap semangat bunda... Tetaplah menginspirasi dunia...

    BalasHapus
  8. Balasan
    1. Malaspun bisa berkarya yaa, he he he . . . gimana kalau nggak malas ya?... ha ha ha...

      Hapus
  9. Membaca tulisan ini menambah semangat saya untuk bisa mengikuti jejak Bu Lilis yang super duper

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SUAMI DAN KERIDHOANNYA (K.H. Maimun Zubair)

KATA SAMBUTAN ANTOLOGI CERPEN

PROFIL IBU GURU CANTIK