FEBRUARI CERIA HARI KE-12

 

KETIKA UMUR HABIS

“Tatkala umur habis tanpa amal, karya dan ilmu, lantas apa makna umurmu ini? Maka pandai-pandailah membagi waktu dan memanfaatkan sisa umur agar jadi hal yang berharga”.

 

 * * *

 

KH. Hasyim Asy’ari adalah tokoh pendiri Nadhatul Ulama. Beliau merupakan salah seorang Pahlawan Nasional Indonesia, juga pendiri pergerakan organisasi Islam terbesar di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama. K.H. Hasyim Asy’ari dijuluki Hadlratus Syekh (Maha Guru) bagi kalangan ulama pesantren.

Kiprahnya dalam perjuangan bangsa Indonesia menorehkan sejarah dan nama harum Indonesia. Sejak usia muda di umur 15 tahun beliau memang gemar menimba ilmu di berbagai pesantren. Pada tahun 1892, K.H Hasyim Asy’ari harus menimba ilmu ke mekkah serta berguru kepada para syeikh-syeikh, salah satunya Syaikh Mahfudz yang merupakan ulama dari Indonesia pertama yang memberikan ajaran Sahih Bukhari (ahli hadits) di mekah. Hingga sampainya di Indonesia K.H Hasyim Asy’ari terkenal dalam mengajarkan ilmu hadis.

Dalam perjuangannya, K.H Hasyim Asy’ari menjadi pemrakarsa berdirinya organisasi kebangkitan ulama yaitu Nahdlatul Ulama (NU) pada tahun 1926. Sebelum mendirikan organisasi ulama NU, pada tahun 1899 beliau telah membangun Pesantren Tebu Ireng yaitu pesantren terbesar dan termahsyur di Jawa pada abad – 20.

 

Dari segi pemikiran K.H Hasyim Asy’ari beliau menanamkan ASWAJA (Ahlus Sunnah wa al-Jamaah) adalah “ulama dalam bidang tafsir Al-Qur’an, Sunnah Rasul, dan Fiqh sesuai ajaran Rasul dan para Khulafaur Rasyidin.” Beliau menyatakan bahwa sampai sekarang para ulama tersebut termasuk “pengikut mazhab Maliki, Hanafi, Syafi’i, dan Hambali.”

Belajar sejarah itu penting bagi umat manusia, sebab dari sejarah para pendahulu kita dapat mengambil hikmah dan tauladan dalam kehidupan kita ke depan. Sejarah umat manusia diketahui dari tulisan atau kisah yang dituliskan. Sehingga menjadi pelajaran berharga bagi pembacanya (keluarga, anak dan cucu serta umat manusia atau masyarakat pada umumnya).

Nasehat Kyai H. Hasyim Asy’ari di atas, memberikan tauladan kepada kita bahwa, Nabi Muhammad Saw menjadikan tolok ukur sebaik-baik manusia ialah seberapa besar manfaat yang ia berikan kepada umat manusia. Seperti sabda beliau, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi umat manusia lainnya.”

Sebaik-baik kita memberikan manfaat kepada sesama adalah dengan meninggalkan jejak tulisan yang memberikan kita inspirasi kepada pembacanya. Dengan menulis, kita telah mewariskan budaya positif juga kisah inspirasi bagi generasi mendatang.

Tulisan akan meninggal jejak sejarah yang akan di kenang sepanjang masa oleh generasi kita. Maka menulislah, sebab seorang penulis tak akan pernah mati. Artinya rekam jejak, dan langkah hidupnya menjadi abadi bersama kisah-kisahnya.

Ketika umur kita habis, orang tetap mengenang kita. Untuk itu menulislah yang baik-baik saja, agar dunia mengenalmu dan mengenangmu sebagai orang yang baik dan banyak memberikan manfaat kepada semua umat. Ketiak umur kita habis, semua yang kita lakukan di dunia akan dimintai pertanggung jawaban kelak di akherat. Semoga bermanfaat!.

 

Referensi:

1.      https://dianisa.com/quotes-kh-hasyim-asyari-nahdlatul-ulama/ (18 Petuah KH. Hasyim Asy’ari, Pendiri Nahdlatul Ulama).

2.      https://harakah.id/sebaik-baik-manusia-adalah-yang-bermanfaat-untuk-orang-lain/  (Sebaik-Baik Manusia Adalah Yang Bermanfaat untuk Orang Lain).

            



Komentar

  1. kita harus pandai memanfaatkan sisa umur kita kalau ingin selamat dunia dan akhirat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Om Jay, semoga kita termasuk golongan orang beriman kelak kita bisa berkumpul di surga-Nya Allah. Aamiin Allahuma'aamiin

      Hapus
  2. Semoga kita bisa memanfaatkan waktu untuk berkarya dan menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama.
    Terima kasih bunda..
    Sukses selalu bunda

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SUAMI DAN KERIDHOANNYA (K.H. Maimun Zubair)

KATA SAMBUTAN ANTOLOGI CERPEN

PROFIL IBU GURU CANTIK