CORONA
CORONA
Corona...,
mendengar kata itu kita seakan mau mati saja, bagaimana tidak?.... Saat ini
corona telah melanda dunia, bukan hanya di Wuhan Cina saja, tetapi seluruh
dunia takut akan corona. Makluk kecil, yang tak tampak oleh mata kita ini
bagaikan pembunuh yang tiba-tiba datang menyerang kita dengan membabi buta. Tak
kenal siang maupun malam, tak kenal muda dan tua, tak kenal wanita atau pria,
semua seluruh dunia mengenalnya. Corona bukan artis top, tetapi ia nge-top dan
populer melebihi artis papan atas dunia. Itulah Corona !!!.
Suatu
hari, saya bersama murid saya di waktu istirahat menyapa mereka di kelas 7.A,
kelas yang menjadi tanggung jawab saya sebagai Walikelas mereka. Hari itu cuaca
sedang hujan, dan beberapa hari ini hujan tiada hendi. Saya bersama murid kelas
7.A yang sedang istirahat, kebiasaan ini hampir setiap hari saya lakukan. Membersamai
mereka ketika waktu istirahat tiba adalah
waktu emas untuk bercanda dan bersenda gurau bersama mereka. Bercerita,
dan mendengarkan keluh kesah mereka, mendengarkan cerita tentang Bapak dan Ibu
mereka di rumah, bercerita tentang Nenek mereka. Juga bercerita ketika ia harus
bermain di hutan serta memanjat pohon mencari daun untuk makan ternaknya. Aku
guru di desa, bersama mereka yang di ceritakan adalah sungai kecil yang ada
ikan kecilnya juga, burung terbang yang bisa dia tangkap dan ia bakar untuk
lauk makan siangnya. Dari cerita mereka, saya memiliki pengalaman hidup susah
di masyarakat desa. Belum lagi jika dalam keluarganya ada yang kurang, misalnya
Bapak dan Ibunya berpisah. Jika ada yang kehilangan sosok Ibu, tak jarang dari
mereka jadi manja kepada saya. Pada anak-anak seperti ini, sering saya
memberikan sedikit uang jajan kepada mereka, dan senyum kebahagiaan mereka sungguh
membuat hatiku damai dan bahagia pula.
Kemaren salah satu dari
mereka tak masuk sekolah, padahal mereka tahu bahwa hari yang mereka tak hadir
kesekolah adalah hari dimana mereka ada penilaian harian kedua. Saya memang
sedang mencari anak yang kemaren tidak hadir kesekolah, sebab saya juga membutuhkannya
untuk segera ikut penilaian harian kedua, agar saya dapat segera menyelesaikan
analisis penilaian harian dengan cepat.
Begitu di pintu kelas,
saya sudah berteriak Brayen dimana?... Serentak seisi kelas bersahutan menjawab
“Brayen main di luar Bundaaa”. Tak banyak berkata-kata, saya tengok ke lapangan
pasti mereka ada di sana. Sebab anak murid saya tak berani bermain jauh dari
kelasnya jika cuaca sedang tidak bersahabat seperti hari itu. Bersyukur saya
dapati mereka tepat bermain di muka kelas, sudah menjadi kebiasaan buruk saya
memanggil anak dengan nada suara tinggi (berteriak), sebab jika saya tak
berteriak, anak murid saya tidak mendengarnya. Mereka sedang asyik bermain
bertiga, berlarian serta berkejar-kejaran. Brayeeeeeen... teriak saya kuat,
seketika itu Brayen lari menghampiri saya, tetapi mengambil jalan memutar.
Suasana jam istirahat di sekolahku
Brayen berlari menuju ke arah saya
Sesampainya di hadapan
saya, Brayen siap dan menunduk, gaya anak desa yang taat dan patuh pada
gurunya. Dan Brayen tahu, dia memang salah kemaren tidak hadir di sekolah.
Terjadi dialog singkat tapi cukup membuat saya tertawa dibuatnya.
Ibu Guru Cantik : “Brayen, kemaren tidak masuk sekolah
kemana?...
Brayen Boys : “Saya di rumah Bunda”
Ibu Guru Cantik :
“Mengapa kamu di rumah?, Bunda sudah pesan bahwa
kemaren itu Brayen Penilaian harian
kedua?...”
Brayen
Boys : “Sepatu saya basah
Bunda”
Ibu
Guru Cantik : “Lhooo... kalau
sepatu basah, bisa masukkan dalam tas. Sampai
di sekolah
baru dikenakan”
Brayen Boys : “Jangan Bunda..., nanti saya di
kira menyebarkan virus Corona
Kepada teman-teman sekelas.”
Jawaban polos seorang bocah kelas 7 SMP
itu membuat saya tersenyum lucu, lalu saya minta Brayen berdiri tepat di
hadapan saya. Coba kamu berdiri di depannya Bunda, mana sepatu yang menyebarkan
virus corona itu. Tanpa membantah, Brayen berdiri tepat di hadapan saya, lalu
saya foto sepatu yang menurut bocah lugu murid saya itu bisa menyebarkan Virus
Corona.
Sepatu Brayen sudah kering
Melihat
kondisi sepatunya yang memprihatinkan, saya bertanya kepadanya, Brayen tidak
punya sepatu lagi-kah?..., Anak ini memang cerdas, dijawabnya pertanyaan saya
itu seperti ini : “Bundaaaa... kalau saya punya sepatu lebih, kemaren saya
pasti masuk sekolah. Sebab kemaren ada Penilaian Harian Kedua PPKn, kalau saya
tidak masuk sekolah kerugian ada pada saya. Itu yang selalu Bunda pesankan
kepada saya.” Akhirnya saya tinggalkan Brayen bersama teman sekelasnya, sambil
berpesan : “Brayen belajar, besok waktu istirahat kamu penilaian harian kedua PPKn
sendirian di mejanya Bunda di kantor”. Lalu saya meninggalkan Brayen bermain
bersama teman-temannya sekelas. Sambil berjalan menuju ruang guru, saya masih
tersenyum dengan gaya sederhana tanpa dosa ketika Brayen menjawab pertanyaan
saya “Bundaaa..., sepatu saya basah dan saya tak masuk sekolah, sebab saya
takut menyebarkan Corona kepada teman sekelas saya.”
Suasana kelas dengan group laki-laki
di pojok kiri belakang kelas
di pojok kiri belakang kelas
Suasana jam istirahat di pojok kanan depan
Kelompok perempuan di kelas 7.A SMP Negeri 2 Nekamese
Terimakadih bu Lilis atas inspiratifnya
BalasHapusTerima kasih atas kunjungannya, tetap jaga kesehatan, salam sehat dari Kota Kupang - NTT
HapusTerimakasih bu Lilis atas inspiratifnya
BalasHapusTerima kasih atas kunjungannya, tetap jaga kesehatan, salam sehat dari Kota Kupang - NTT
HapusMantap bunda, sangat menginspirasi, smoga tuhan slalu melindungi 🙏
BalasHapus