DABU - DABU HOTEL ASTON KUPANG - NTT
DABU – DABU
Hari ini aku bagaikan mendapatkan
durian runtuh, dan bagaikan mendaptkan bintang di langit yang jatuh ke bumi.
Sejak pagi aku keluar rumah ketika adzan subuh usai berkumandang. Kulaju
motorku menyusuri dinginnya kota Kupang, dengan dihembus angin sepoi-poi yang menyejukkan
kalbuku. Sepanjang jalan aku bernyanyi kecil tanda riang hatiku, sambil
membayangkan ikan bakar yang baru dibakar di tepi pantai pasar ikan Oeba, ketika aku melewati pasar Oeba pagi ini. Hari
Minggu adalah hari dimana aku dan anak-anakku biasa memasak lebih istimewa dari
biasanya. Terbayang dihati hari ini aku akan membakar ikan dan membuat lalapan
serta sambal yang nikmat. Rindu makan ikan bakar serasa meleleh air liurku di
sepanjang perjalananku menuju Hotel Pelangi.
Tak terasa motorku telah sampai di
halaman parkir hotel Pelangi, dengan rasa percaya diri yang kuat aku masuk lobi
hotel dan langsung telpon Om Jay (Bapak Wijaya Kusumah) Kepala Sekolah online
kuliah menulis blog yang saat ini sudah sampai kelas gelombang 7. Luar biasa
pengelolaan kelas pada kuliah online yang di nahkodai-nya, beliau memang hebat
luar biasa. Banyak nasehat dari beliau yang saya rasakan sangat luar biasa
manfaatnya bagi pengembangan karier saya sebagai Guru, Instruktur, dan Narasumber
Nasional Kuliah Online bersama beliau selama ini. Selain nasehat dari beliau,
saya dibantu untuk membuat blog pribadi, agar tulisan-tulisan saya dapat
tersimpan rapi dan dapat diarsipkaan dengan baik. Kelak jika saya akan membuat
buku bukan saja dari facebook lagi. Melainkan bisa juga mengambil tulisan dari
blog saya ini. Alhamdulillah dalam waktu singkat, saya sudah menulis di blog.
Bahagiaku luar biasa, serasa saya mendapatkan durian runtuh. Meskipun saya tak
pernah suka makan buah durian. Ha ha ha ha ha ha . . .
Usai dari Hotel Pelangi, kulaju
sepeda motorku yang bernomor DH - 2094 – KA, sepeda motor yang dirakit pada
tahun 2007, dengan silinder/HP 100 cc, merk/type Honda / NF 100, berbahan bakar
bensin, warna TNBK hitam. Sepeda motor tua, yang tetap cantik dan melaju dengan
kecepatan tinggipun tak pernah ada masalah. Bersamanya dalam suka dan duka
melaju dalam terik panas matahari kota Kupang yang bisa sampai 38 derajat, dan
dengan musim hujan dengan kecepatan angin kencang. Tetap cantik lajunya,
secantik ibu guru cantik di atas sebagai pengemudinya. Pada keadaan tertentu,
si cantik Honda Fit saya laju kencang bak Valentino Rossi ke sekolah dan tempat
lain tetap tersenyum cantik, asalkan jangan sampai kehausan. Hari ini si cantik
kulaju dengan kecepatan tinggi menuju Hotel Aston, tak sampai sepuluh menit
saya telah berhasil parkir di area parkir hotel yang nyaman untuk si cantikku.
Aku masuk hotel Aston dari pintu
masuk belakang area parkir menuju lobi depan hendak berjumpa tamu dari Jakarta
Mbak Desty Sarah Sagita. Beliau adalah salah satu juri lomba guru tingkat
nasional My Teacher My Hero Award Indonesia Digital Learning pada tahun 2015.
Di mana lomba itu adalah puncak lomba guru yang super mewah dari PT. Telkom untuk
guru Indonesia, tidak ada lomba-lomba guru yang semewah lomba tersebut. Baik
dalam pelayanannya, maupun dalam kwalitas lombanya memang mewah. Narasumbernya
saja saat itu adalah seorang Professor lulusan doktornya dari Harfad Amerika
Serikat. Saya bersyukur dapat merasakan moment tersebut dan berhasil menjadi
juara kedua Nasional. Alhamdulillah...
Tak lama saya di lobi hotel Aston,
Mbak Desty datang bersama bibinya dari Lampung yang sedang bertugas di NTT.
Kami berpindah ke restoran hotel, sambil memesan makanan serta minum untuk
makan siang. Saya tidak memilih makanan apapun, saya ikut apapun yang di
pilihkan Mbak Desty. Ternyata Mbak Desty juga tak memilih makanan apapun juga,
Mbak Desty sampaikan kepada petugas resto untuk minta di pilihkan menu favoride
resto hotel yang dari ikan. Petugas merekomendasi masakan ikan laut dengan nama
DABU – DABU. Dalam hati, keren abis ini
nama masakannya. “DABU-DABU... What is
Dabu-Dabu?...” Dalam hatiku saja, sambil penuh harap ingin melihat seperti
apa sih Dabu-dabu itu?....
Jreng... jreng... jreng... Dabu-dabu keluar,
ternyata dabu-dabu itu ikan bakar di siram lawar (orang Kupang bilang), Nasi
putih, sayur cah kangkung, diberikan irisan kecil-kecil berbentuk dadu dari
tomat, lombok hijau besar, lombok kecil, bawang merah mentah, yang dicampur
dengan kecap asin. Ikan di bakar di beri bubuk merica dan di oles mentega. Rasa
asin itu dari asin kecap dan mentega, ada rasa merica dikit sekali. Makan
dengan lawar.... Mak nyuuus.... sedapnya luar biasa. Subhanallah...
Alhamdulillah... Allahu Akbar... Maka nikmat Tuhan manakah yang kau dustakan
Lilis?... Pagi sarapan di hotel Pelangi, dan makan siang di hotel Aston dengan
menu dabu-dabu. Hari ini saya bagaikan kejatuhan bintang dari langit !!!. Bagaimana tidak?..., Tadi pagi saya sangat ingin makan ikan bakar, dan siang ini Allah berikan aku kejutan ikan bakar kelas hotel berbintang yang mewah sekali. Sahabat blogger-ku tercinta, anda tahu berapa harga ikan bakar yang sudah berganti nama dabu-dabu itu?... Harganya sebanding dengan satu setengah karung beras yang saya makan setiap hari, dengan harga sekilonya sepuluh ribu rupiah, dan beras satu setengah karung itu seukuran 75 kilogram, biasa kami makan selama 2 bulan !. Silahkan hitung sendiri menu makan siangku hari ini, dan itu Allah berikan gratis melalui malaikat tak bersayap yang sedang bersilatrahmi ke Kupang Nusa Tenggara Timur. Subhanallah, Alhamdulillah Ya Allah, sujud syukurku kuingin lampiaskan dalam hening malam ini memuji-Mu. Jazakaallah bi khoir Mbak Desty Sarah Sagita untuk semuanya hari ini. Semoga
Allah melimpahkan rejeki dan keberkahan berlimpah kepada Mbak Desty dan bibi
Eka dari Lampung dan seluruh keluarga di Jawa Barat, serta Jakarta. aamiin...
Namosain, 23.23.23 WITA
Ibu guru cantik
Guru Inspirasi NTT
Bunda Lilis Sutikno
Komentar
Posting Komentar