MENJADI HEBAT TAK HARUS JADI PEJABAT 7
MENJADI HEBAT TAK HARUS
JADI PEJABAT 7
Tulisan
hari ini adalah karya dari Pak Maifil Dwi Andrean, beliau adalah guru dari
Sumatera Barat, yang juga peserta kuliah menulis online bersama PGRI Pusat.
Tulisan ini di share pada Facebook beliau yang di bagikan ke FB Ibu guru cantik
pada tanggal 13 Maret 2020, pukul 02.24 WITA. Judul di atas saya ambil untuk
memberikan motivasi kepada pada guru, agar bisa tetap konsisten pada jalurnya.
Tanpa terobsesi untuk menjadi pejabat!!. Sebab untuk menjadi hebat kita tak
harus jadi pejabat !!!. Menulislah engkau pasti dikenal dunia, menulislah
engkau pasti akan menjadi orang hebat !!!.
Resume
8
Narasumber
: Lilis Ika H. Sutikno
Oleh
: Maifil Dwi Andrean, S.Pd
Guru
Cantik Inspiratif dari NTT
Belajar
Menulis Gelombang 4 masih berlanjut ke pertemuan ke 8 dengan seorang guru
inspiratif perempuan jawa yang telah puluhan tahun mengabdi di NTT,beliau
adalah Ibu Lilis Ika H. Sutikno. Menulis buku karena AGUPENA (Asosiasi Guru
Penulis Indonesia) NTT, dimana beliau adalah salah satu pengurusnya. Berawal
dari rasa malu ketika muswil pertama tidak ada satupun dari anggota AGUPENA NTT
yang menulis buku sendiri, karena rasa malu tersebut Ibu Lilis bertekad untuk
menulis buku. Buku pertama yang Ibu Lilis tulis berisi tentang keseharian yang
beliau lakukan diantaranya momen selama perjalanan dinas, rasa kesal terhadap
lingkungan dan lain-lain yang sebelumnya sudah pernah beliau abadikan di
Facebook. Momen-momen penting yang beliau tulis di FB itulah yang beliau
kumpulkan menjadi sebuah buku. Berikut adalah salah satu karya di buku yang
beliau tulis.
SEGELAS
BERSAMAMU . . .
Belum
sampai satu kilo meter dari kantor dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Kupang, laju motorku tiba-tiba berhenti. Seperti biasa sicantik Honda Fit
dengan nama DH 2094 KA, rakitan 11 tahun yang lalu dan selalu setia menemaniku
kemanapun aku pergi itu ngambek, aku lupa memberinya minum hari ini. Syukur
Alhamdulillah di seberang jalan ada kios kecil penjual minuman bagi si cantikku
yang super lincah ini. Sicantik yang bisa kutarik gas nya hingga 90 km per jam
ini, seketika itu lari kencang bak Valentino Rossy di arena sirkuit balap Motor
GP Dunia.
Hari
ini, hari di mana saya dan kawan-kawan Guru Inti di Kabupaten Kupang
melaksanakan tugas mulia menjadi ujung tombak Program Peningkatan Kompetensi
Pembelajaran (PKP) berbasis zonasi di wilayah kerja Kabupaten Kupang – NTT.
Dimana tugas ini merupakan Salah satu upaya Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen
GTK) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang bermuara pada peningkatan
kualitas peserta didik.
Tugas
yang sangat berat saya rasakan, tetapi menjadi ringan ketika kami semua di
arahkan oleh kepala bidang GTK untuk melaksakannya dengan penuh tanggung jawab
dan saling bekerja sama di lapangan. Meski begitu tugas ini bagiku masih terasa
berat. Teringat pesan AYAH, serahkan beban berat dipundakmu kepada Allah Azza
wa Jalla saja. Niscaya beban berat itu akan menjadi ringan, dan mudah untuk kau
jalani.
Ayah
. . . tiba-tiba dalam laju motorku yang kencang bagai angin ini, ku laju dengan
pelan, seiring dengan kerinduanku pada Ayah, rindu yang sangat mendalam. Ayah
yang seorang pelaut ulung, nahkoda yang tangguh yang telah mengukir jiwa ragaku
dan memaksaku untuk menjadi guru ini. Telah mampu mengontrol emosiku untuk
melaju pelan tapi pasti merapat ke tepi pantai, dan sekedar berteduh dari terik
panas matahari yang membakar jiwaku. Kutemui pohon besar dipinggir jalan,
tampak dari kejauhan kulihat pantai nan tenang dengan semilir angin berhembus
di bumi yang panas terik siang tadi.
Dalam
kesendirianku di tengah keramaian laju kendaraan menuju perbatasan Negara
tetangga Timor Leste, dari arah yang berlawanan, Jalan Trans Timor dan hiruk
pikuk manusia dengan kendaraannya yang lalu lalang menunaikan tugasnya
masing-masing, ku terpaku dalam diam membisu seorang diri di bawah pohon yang
rindang. Teringat akan Ayah. Jika saja waktu itu aku tak menuruti nasehatmu
untuk menjadi guru. Entah jadi apa aku hari ini ???... Karena ketaatan dan
kepatuhanku pada orang tua, membawaku datang ke bumi yang penuh keberkahan ini,
hingga mencapai titik sukses yang tidak semua orang mendapatkannya. Terima
kasih Ayah !!!
Segelas
bersamamu di bawah pohon yang rindang ini, ku tarik nostalgia indah bersamamu
waktu itu. Segelas air minum dari kantor dinas yang sengaja saya simpan untuk
bekal perjalananku sepanjang 87 km menuju rumah, membuatku rindu yang mendalam
padamu Ayah. Segelas bersamu dalam suasana siang yang panas penuh debu ini, menjadi
nostalgia indah tentangmu, tentang laut biru, tentang indahnya dalam dekapanmu
juga belaian kasih sayangmu. Teringat masa balita Ayah menggendongku, teringat
cerita Ayah tentang laut biru . . .
Nduuuk
cah Ayu, begitu engkau memanggilku, dan selalu memanggilku dengan putri cantik
dan tercantik di seluruh dunia. Menetes air mata ingat itu Ayah !. Belajarlah
dari laut, dan pandanglah laut jika dirimu tak suka indahnya dunia. Hingga hari
ini, dengan segelas bersamamu dibawah rindangnya pohon besar di pinggir jalan
saya belum paham maknanya Ayah. Terima kasih Ayah, Saya telah menjadi guru
seperti keinginan Ayah dulu.
I
love you Ayah . . .
I
love you so much . . .
I
miss you Ayah . . .
I
miss you so much . . .
Ayah
. . .
Aku
telah menjadi guru Ayah !!!
Karenamu
aku menjadi guru !!!
Dan
aku bangga menjadi guru Ayah . . .
Terima
kasih Ayah !!!
Tulisan
yang sangat menyentuh, yang beliau tulis ketika dalam perjalanan mengambil
surat tugas ke kantor dinas PK Kabupaten Kupang, di Oelamasi.
Beliau
mengatakan bahwa dalam menulis buku ini beliau mengusahakan sendiri untuk
proses pencetakkannya dengan hanya bermodalkan keberanian saja. Mencari orang
ahli dalam organisasi untuk sebagai editor dan mencari modal pencetakkan dengan
hutang pada koperasi sebesar 32 juta. Lalu buku tersebut beliau cetak sebanyak
1000 buku dan dijual dengan harga Rp. 75.000,- . Sedangkan untuk penjualannya,
buku-buku tersebut beliau pasarkan ke teman-teman beliau, meminta bantuan
kepala dinas serta dengan berkeliling ke sekolah-sekolah. Sebagai hasil atas
usaha keras yang telah dilakukan, buku-buku tersebut habis terjual hingga
sampai saat ini sudah menghasilkan untung lebih dari 20 juta. Bahkan saat ini
sedang dicetak ulang dengan cover best seller. Sungguh luar biasa, yang awalnya
hanya bermodalkan dengan keberanian ternyata bisa mendatangkan untung yang
berlipat dan berstatus best seller.
Beliau
menambahkan bahwa salah satu rahasia sukses beliau adalah beliau sering
mebagi-bagikan buku yang beliau tulis secara gratis ke pesantren dan sekolah-sekolah
di pelosok sambil tugas keliling di NTT. Beliau memiliki prinsip dengan sedekah
buku berarti kita sedekah ilmu, kita sama dengan guru besar yang maha besar.
Apabila kita berpikir positif pasti Allah SWT akan membuka jalan keberkahan.
Ibu
lilis berpesan “untuk mengikuti jejak beliau harus menjadi seseorang yang
tangguh, untuk menjadi sukses banyak halangan dan rintangan menghadang. Maju
terus patang mundur, sekali layar berkembang pantang kembali ke dermaga lagi.
Laju terus biar angin badai menghantam. Lajukan kapal dengan kemudi kuat iman
di dada serta hanya berharap pada ridho Allah SWT semata”. Kata-kata yang
sangat inspiratif yang menjadi pendorong semangat saya untuk terus belajar
menulis agar dapat berkarya sebagaimana yang Ibu Lilis lakukan.
Ibu
Lilis menutup diskusi dengan kata bijak dari Pramoedya Ananta Toer
“Kesalahan
orang yang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang
bodoh ialah menganggap orang-orang lain pandai”
Menulis
adalah sebuah keberanian. Maka menulislah agar kamu berani.
Catatan Bunda :
1. Segelas
bersamamu itu bakal calon bukunya Bunda yang kedua, Insya Allah segera terbit
2. Dalam
penulisan ini perpindahan paragraf belum tepat, hal ini bisa memeriksa panjang
pendeknya suatu paragraf. Suatu paragraf normalnya berisi 2-5 kalimat atau
maksimal 5 baris. Hal ini bertujuan agar pembaca tidak capai membaca tulisan
kita. Dalam paragraf yang melebihi lima
baris, misalnya, kita bisa pindahkan kalimat berikutnya ke dalam pargraaf
selanjutnya.
3. Lalu
bagaimana kalau kita terlanjur membuat paragraf yang panjang, yang harusnya
bisa dipisah menjadi dua paragraf?. Kita bisa membaginya ke dalam dua paragraf
dengan memeriksa kaitan antar kalimat. Memenggal kalimat juga bisa dilakukan
jika terbaca tidak efektif.
4. Terima
kasih sudah membuat resume materi Bunda dengan tepat waktu, teruslah menulis,
dan menulis terus serta rasakan manfaatnya bagi diri kita.
5. Semangat
ya !!!
Terima kasih bunda...merasa terhormat tulisan saya bunda repost ulang sampai foto2nya bunda post jadi malu☺ hehe...mohon doanya bunda semoga saya bisa mengikuti jejak bunda sebagai penulis.��
BalasHapus