MENULIS ADALAH LUAPAN RASA CINTA YANG TAK SAMPAI
MENULIS ADALAH LUAPAN RASA CINTA YANG TAK SAMPAI
Sebuah kisah diabadikan
melalui tulisan adalah sesuatu yang indah dan dapat dikenang oleh setiap insan
yang membacaanya. Entah tulisan itu baik atau buruk diakhinya, pembaca pasti
menyimpan kenangan dalam setiap tulisan. Tak terkecuali saya, dan saya adalah
salah satu orang yang banyak berubah dari banyaknya membaca buku. Salah satu
buku yang menginsprasi saya adalah bukunya Ipho Santoso “Tujuh Keajaiban Rejeki”.
Sayangnya saya bukan
orang yang pelit dalam segala hal, buku asalkan saya sudah selesai membacanya
dan di pinjam orang, suka lupa untuk mengambilnya kembali. Suatu ketika saya
meminjam tujuh buku milik seorang pejabat publik di Provinsi NTT, lalu saya
pinjam dan membawanya pulang kerumah. Oleh pejabat itu dipinjamkan kepada saya untuk
bisa dibawa pulang, tetapi saya disuruh menuliskan ketujuh buku tersebut dalam
buku agenda kerja beliau dan diminta untuk tanda tangan.
Sesuatu yang tak lazim
bagi saya, apalagi ini orang Nusa Tenggara Timur asli. Meminjamkan buku dengan
mencatatkan nama lalu tanda tangan. Dalam catatan itu saya diminta untuk
mencantumkan tanggal pengembalian buku. Sungguh hal yang asing bagi saya,
tetapi saya tetap tuliskan tanggal pengembalian buku. Saya perkirakan satu
buku, satu minggu selesai saya baca.
Ketika tiba waktu saya
hendak mengembalikan ketujuh buku tersebut, pejabat itu SMS dengan isi SMS
sebagai berikut : “Bunda buku sudah selesai dibaca?...”. Saya membalasnya : “Bapak,
belum semua saya baca, masih ada beberapa buku yang belum saya baca Bapak,
nanti jika sudah selesai membaca. Akan saya kembalikan ke kantor atau ke rumah
Bapak”. Saya tulis SMS seperti itu, sebab rumah pejabat itu dekat dengan rumah
saya, dari pada saya mengembalikan ke kantornya. Jawab saya membalas SMS
pejabat provinsi tersebut.
Ketika itu belum ada WhatsAap,
dan beliau membalas SMS saya dengan kalimat seperti ini : “Jika sudah selesai
membaca Bapak tunggu bukunya, sebab ada yang Bapak butuhkan untuk mengajar”.
Saya membalas singkat : “Iya Bapak”, Tak disangka-sangka besok pagi-pagi ada
tamu kerumah mengaku disuruh pejabat provinsi untuk mengambil semua buku yang
saya pinjam. Duh malunya saya waktu itu !!!.
Sejak saat itu saya tak
pernah meminjam buku lagi, jika ada yang bercerita tentang buku yang bagus. Saya
selalu berusaha untuk membelinya, dan jika telah membacanya saya biasa
membiarkan ada di tumpukkan meja belajar saya di kamar. Biasanya buku yang
telah saya baca, anak-anak suka pinjam lalu berpindah dari tangan satu ke
tangan yang lainnya. Sampai buku itu hilang tak pernah kembali lagi. Ha ha ha .
. .
Suatu ketika saya
dapati buku saya ada di masjid dibaca oleh seorang mahasiswa, saya menandai
buku saya yang orang tak pernah tahu. Ketika saya bertanya kepadanya. Mohon
maaf adik, Bunda mau bertanya, buku yang adik baca itu dari mana ya?..., buku
itu bagus isinya sangat bermanfaat, Bunda suka. Mahasiswa itu menjawab : “Maaf
Bunda ini buku ada di kamar kos teman, saya pinjam.” Ya Allah Ya Rabb !!!.
Pasti anak ini tak tahu, jika buku yang dibacanya adalah buku milik saya.
Tiba di rumah, saya
tanya anak satu persatu, ada bukunya Mama yang ini tadi dibaca anak dalam
masjid raya. Mama bukan melarang meminjamkan buku, tapi kalau bisa buku yang
dipinjam suruh mengembalikan. Agar jika mama membutuhkan referensi untuk
menulis, mama bisa menuliskan daftar pustaka dengan jelas. Sekarang cari buku
mama yang itu, mama ada butuh. Besoknya anak saya melaporkan, Mama..., bukunya
dipinjam teman kuliah dan hilang dikamarnya. Ya Allah Rabb-ku..., yang kemaren
di masjid itu buku saya.
Sejak kejadian itu, pada
buku-buku tertentu, saya berpesan kepada anak-anak bahwa buku ini bagus, mama
suka dan mama akan koleksi, tolong jangan dipinjamkan pada siapapun juga. Jika
ada pesan seperti itu maka anak-anak tak berani mengambil buku itu dari
tempatnya. Sekarang koleksi buku saya semakin hari semakin banyak, dan itu
artinya, semakin banyak membaca buku semakin lancar saya menulis, dan semakin
banyak pula tulisan-tulisan saya dinikmati banyak orang.
Jika Ipho Santoso bisa
menulis buku dan menginspirasi saya hingga berangkat ke Mekkah pada tahun 2012
bersama Ibu, dari sanalah saya memulai karier saya sebagai penulis profesional.
Meskipun hanya lewat media sosial saja. Lewat facebook saya tuliskan kisah
perjalanan saya bersama foto yang saya abadikan ketika saya melakukan
perjalanan. Bisa perjalanan dinas atau perjalanan bersama sosialita saya,
emak-emak majelis ta’lim masjid serta sahabat instruktur kabupaten maupun
provinsi.
Dengan menulis saya
bisa meluapkan rasa cinta yang tak sampai pada mereka. Ketika saya bergabung
pada group menulis blog, awalnya saya ingin memiliki blog sendiri. Tetapi Allah
memberikan saya anugerah indah dalam group tersebut. Diluar dugaan, saya
dipilih menjadi salah satu narasumber menulis dalam kegiatan diklat menulis
online tersebut, bersama 20 narasumber yang lainnya.
Rasa bangga tak terkira
bahwa eksistensi saya sebagai penulis dihargai menjadi narasumber (guru) yang
bisa membagi ilmu kepada sesama. Lebih bahagia lagi peserta dari diklat menulis
tersebut pendidikannya melebihi pendidikan saya, yaitu pasca sarjana. Bahkan
ada yang sedang menempuh pendidikan S3 pada Universitas Negeri di Indonesia.
Mereka semua pintar-pintar, pada sesi diskusi saya tetap percaya diri pada ilmu
yang saya sampaikan. Meskipun mereka memiliki ilmu yang lebih dari saya.
Dari kegiatan menulis
di group whatsAap, saya terlatih menjadi seorang penulis profesional. Pelan tetapi
pasti saya menemukan jatidiri sebagai seorang penulis buku, dalam bahas
keren-nya adalah “Passion Diri”. Dalam kelas online kita berjumpa dengan banyak
orang, masing-masing orang memiliki keunikan dan talenta yang berbeda. Untuk
lebih menonjolkan diri kita ke publik, kita harus memiliki “Passion” bagi diri
kita.
Alhamdulillah, buku
saya Guru adalah Inspirasi yang sudah terjual habis pada cetakan pertama pada
bulan ketiga. Membuat saya menetapkan “Passion” pada diri saya sebagai guru
inspirasi. Dan kami diminta untuk membuat alamat blog kami sesuai passion diri
kita masing-masing. Lahirlah blog saya dengan alamat : http://guruinspirasintt.blogspot.com
Blog itu lahir setelah
usia saya genap 51 tahun lebih 3 hari, yaitu tanggal 15 Maret 2020. Melalui
proses kalahiran yang ditolong oleh blogger ternama Indonesia Bapak Wijaya
Kusumah yang biasa disapa dengan OmJay, di hotel Pelangi Kota Kupang Nusa
Tenggara Timur. Beliau adalah pendiri sekolah “kuliah online menulis blog di
WhatsAap”, hingga saat ini group WhastAap itu telah berkembang menjadi 8 group.
Dengan masing-masing group selalu full peserta hingga 250 sampai 257 peserta.
Setelah passiion diri
saya temukan, hari ini saya harus menuliskan apa tujuan saya menulis?... pada sebuah
group yang lain lagi. Binggung harus bagaimana?... tiba-tiba muncul ide
brillian dari otak saya, mengapa saya harus menulis?... Saya memiliki jawaban
yang sungguh unik yaitu : “Menulis adalah luapan rasa cinta yang tak sampai”.
Ide itu muncul karena
Ustadz Lukman Hakim ketua P3G Jawa Timur yang menjadi landasan berpikir saya
tentang tujuan saya menulis. Dari beliau dan oleh beliau saya diarahkan menjadi
penulis yang cerdas dan berkualitas juga sekaligus berhati lembut bagai salju
dan tegas berkarakter. Beliau adalah salah satu guru saya dalam menulis karya
tulis ilmiah juga sekaligus menulis puisi.
Walaupun Ustadz Lukman
Hakim lebih muda dan berbeda dalam banyak hal, dan tidak pernah berjumpa
langsung. Guru bukan pengertian sempit sebagai seorang pengajar ilmu dan
pemberi nilai, melainkan sebagaimana peruntukkan kata “guru” dalam bahasa
aslinya, Sansekerta, sebagai “Penghancur kegelapan”. Atas ijin Allah, Ustadz
Lukman Hakim dihadirkan untuk menolong saya, menjadikan pribadi yang lembut dan
berkarakter dalam menulis puisi maupun menulis ilmiah.
Tantangan Ustdaz Lukman
mulai besok 6 April 2020, adalah menulis puisi satu hari satu puisi, adalah
tantangan yang cukup berat bagi saya yang bukan hobi menulis puisi. Agar
tantangan itu terpenuhi dengan baik, maka saya membuka catatan buku diari kisah
cinta saya ketika masa remaja dahulu. Masa dimana saya SMA menuju bangku kuliah
di Universitas PGRI yang saat ini menjadi Universitas Adi Buana Surabaya, yang
masuk dalam kategori 5 besar Universitas Swasta terbaik se Surabaya.
Menulis adalah luapan
rasa cinta yang tak sampai, sangat menginspirasi pada rangkaian kata indah
penuh makna tentang cinta. Cinta kepada Allah Tuhan kita semua, cinta kepada orang
tua kita, cinta kepada anak kita, cinta kepada sahabat juga teman kita. Cinta
itu luas maknanya.
Dalam karya buku ketiga
saya, ber-genre puisi (Antologi Puisi) yang digarap oleh Penerbit Delta Pustaka
Jawa Timur, cinta yang tampak adalah cinta sepasang kekasih yang bagaikan si
pungguk merindukan rembulan. Jadi tujuan saya menulis buku antologi puisi
dengan cover “Tentang Cinta” adalah luapan dari rasa cinta yang tak sampai,
bisa iya dan bisa tidak. Tergantung dari sudut pandang mana kita membaca setiap
kata dan kalimatnya. Ahay...
Dan, suatu ketika
kelak, dikemudian hari, apabila saya menjadi penulis hebat dunia, ada wartawan
bertanya kepada saya, apa passion diri bunda cantik?..., akan kujawab “Guru
Inspirasi”, apa tujuan Bunda menulis?... Maka saya akan menjawabnya, “Menulis
adalah luapan rasa cinta yang tak sampai”. Ha ha ha . . . Matur nuwun Cak Luk
!!!
Asyik sekali membaca tulisan ini, Bunda. Mengalir sekali. Smg bunda bisa terus menulis di blig ink dan terus berbagi inspirasi utk kami.
BalasHapusTapi Bunda iri sama Cikgu Tere, Iri dalam hal positif sah-sah saja, hanya Tuhan dan Cikgu yang tahu. Semoga Pak Brian bisa bantu nanti yaa.
HapusBunda cantik memang secantik luapan tulisannya, mudah dipahami alur ceritanya, semoga saya bisa semudah bunda menulisnya
BalasHapusMenurut buku Panduan Menulis True Story, tulisan keroyokan 14 penulis pemenang lomba menulis Nasional. Menulis itu harus dari hati (hal. 155), Menulis itu harus dengan perasaan (hal. 158), lalu menulis itu harus minta ijin dulu pada pasangan kita (Harmony atau keselarasan, hal.194), lalu menulis itu harus berdoa dahulu, minimal membaca bismillah Bu Dosen. Bagus bukunya Bu... Lalu saya praktekin ini.
Hapusbunda cantk...keren..
BalasHapusTerima kasih Ibu Ivo Fauziah, Bunda minta alamat blog nya ya, biar Bunda bisa blog walking juga ke blognya Bu Ivo
HapusWow pengen bs nulis keren gini
HapusHehehe... Senang membacanya
BalasHapusAssalamu'alaikum Pak Ari, terima kasih sudah berkunjung di blog saya.
HapusSama sama Buk.... Terimakasih kisahnya bagus..
HapusBagus ibu guru cantik lanjutkan buku antologi puisinya
BalasHapusTerima kasih yaa... Nanti pasti ditulis diblog jika sudah terbit bukunya.
HapusApikkk bunda.... Inspiratif bgt
BalasHapusAda yang lebih inspiratif lagi Bu Endah, Corona Membawa Berkah
Hapuskeren...luar biasa guru itu ya memasak, ya menjahit, ya mengasuh anak, ya menulis untuk kekuatan diri
BalasHapus