PAK DAHLAN ISKAN I LOVE YOU . . .
PAK DAHLAN ISKAN I LOVE
YOU . . .
Covid Apalagi
Rabu 08 April 2020
Oleh : Dahlan Iskan
Masih ada lagikah yang perlu Anda ketahui tentang Covid-19?
Rasanya tidak ada lagi. Anda sudah menjadi ahli Covid-19 sekarang ini
--lebih ahli dari dokter. Dokter hanya mau membaca yang masuk-masuk akal
saja. Kita membaca apa pun yang ada di medsos --asal dikait-kaitkan dengan
Covid-19.
Enough is enough.
Sudah waktunya berhenti mengikuti medsos --bahkan jangan lagi membaca
DI’s Way. Tidak ada lagi yang perlu Anda ketahui lebih jauh tentang Covid-19.
Saya bisa menduga --terhitung mulai hari ini-- siapa pun yang masih
gila medsos berarti memang ingin gila beneran. Setidaknya ingin agar dirinya
terkena penyakit depresi yang lebih dalam. Dan kalau depresi itu terjadi,
Covid-19 lah yang horeee --termasuk cebonger dan kampreter.
Cukup.
Cukuplah.
Sudah waktunya move on. Banting stir.
Yang jualan sayur berhentilah ragu-ragu. Mulailah jualan sayur dengan
cara baru. Yang lebih cocok dengan zaman virus. Ibu-ibu kan tidak mau lagi ke
pasar. Waktunya Anda yang jadi pasar keliling.
Tukang-tukang cukur, belilah APD. Promosikan gaya cukur baru Anda
dengan pakaian APD. Minggu depan ini rambut bapak-bapak sudah pada panjang
serentak.
Bikinlah kios cukur terbuka. Di bawah pohon. Dengan pakaian APD Anda,
Anda memang kepanasan. Berpeluhan. Tapi bapak-bapak akan lebih senang cukur
di bawah pohon. Dari pada di ruang salon yang ber-AC yang mencurigakan. Saya
mau jadi yang orang yang pertama cukur di bawah pohon itu. Begitu rambut saya
lebih panjang terasa lebih banyak putihnya.
Para pemilik hotel, berubahlah. Jadikan hotel Anda yang sepi sebagai
tempat isolasi mandiri. Anda berikan jaminan kesterilannya. Anda latih
karyawan hotel dengan prosedur baru --menjadi seperti perawat. Belilah APD
untuk semua karyawan hotel.
Tawarkan ke orang-orang yang ingin isolasi mandiri. Terutama ketika
para pembantu mereka pulang lebaran. Mereka akan merasa lebih aman di tempat
isolasi. Kalau perlu Satpam hotel ikut patroli ke rumah orang yang pindah ke
hotel. Dan mereka itu takut lagi ketika pembantu mereka kembali nanti. Para
pembantu itu juga perlu diisolasi 14 hari. Sebelum kembali bekerja setelah lebaran
nanti.
Berundinglah sesama pengusaha hotel. Dengan moderator PHRI. Mana
hotel yang ingin berubah sementara. Mungkin perlu juga berkoordinasi dengan
pemda setempat. Siapa tahu ingin menunjuk beberapa hotel sebagai asrama
sementara para juru rawat dan tenaga medis.
Para petani, mulailah menanam buah dan sayur. Tomat, cabai --cabai
itu vitamin C-nya tinggi sekali, tapi jangan sampai ada yang bikin jus cabai
--terong dan apa pun.
Yang hidup di kota, mulailah tanam sayur di pot-pot. Atau tanam
sirih. Atau apa pun. Jangan tanam bunga. Pesta pengantin banyak yang ditunda.
Salaman akad nikah pun sudah pakai perantara tali.
Pedagang asongan, kelilinglah membawa barang yang diperlukan saat
ini: odol, sikat gigi, sabit, sanitasi, dan sebangsanya. Anda bisa
menggantikan Indomaret dan Alfamart.
Pelayan-pelayan restoran bersatulah. Bikinlah usaha layanan kirim
makanan, sayur, menu-menu makan lainnya. Buatlah paguyuban di setiap sektor
hunian. Saatnya kini kalian jadi pengusaha: ada tim yang masak, ada tim yang
posting di instagram, ada tim yang antar makanan.
Di Tiongkok selama Covid-19 terjadi perubahan besar-besaran. Konsumen
berubah. Penuhilah keperluan perubahan itu.
Berhentilah bikin TikTok --kecuali memang kocak sekali.
Tinggalkan HP di bawah ranjang selama 6 jam sehari --dengan pura-pura
lupa.
Pokoknya move on.
Percayalah tidak ada lagi info tentang Covid yang baru. Atau yang
lebih luas dari yang sudah Anda ketahui.
Menunggu angka baru berapa yang mati?
Untuk apa? Apakah Anda menyamakan naiknya angka kematian dengan
bertambahnya gol ke gawang Liverpool oleh Atletico Madrid?
Apakah Anda menganggap Covid-19 sama dengan Liga Champions yang
skornya harus diikuti?
Mulailah tinggalkan depresi. Mulailah hidup gembira. Tung Desem
Waringin saja terus bergembira di kamar perawatan Covid-19.
Saya kutipkan prinsip hidup sehatnya. Termasuk di saat sakit
hari-hati ini. ”Orang gembira tidak bisa khawatir. Orang khawatir tidak bisa
gembira,” tulisnya di WA yang dikirim ke saya dari kamarnya di rumah sakit.
Sambil diopname itu Tung Desem --yang sering nyebar uang dari udara
itu-- terus bernyanyi. Untuk dokter, untuk perawat, dan direkam juga di
HP-nya untuk dikirim ke saya.
Dari pada lama menunggu lockdown --yang tidak datang itu --lebih baik
move on.
Move on-lah dengan aman, cerdik, dan kreatif. Sedang untuk mengetahui
berapakah skor yang mati ikuti saja sehari sekali.
Berhentilah depresi. Mulailah hidup baru yang lebih cerdas. (Dahlan
Iskan)
|
Siapapun di republik ini pasti mengenal Dahlan Iskan, pemilik group
raksasa koran terbesar di Jawa Timur JAWA POS. Saya adalah orang yang
tergila-gila pada sosok lelaki jawa yang sederhana ini, hingga saat ini. Sampai
saya pernah menangis sesenggukan ketika melihat beliau di TV di tuduh korupsi.
Saya benar-benar tak tega melihat orang sebaik beliau ada di kursi pesakitan.
Saya merasa hal itu sangat tidak adil untuk orang sebaik Dahlan Iskan.
Siapa sih Dahlan Iskan bagi ibu guru cantik?..., Kalau anda membaca
tulisan saya ini, dan bertanya kepada beliau. Pasti beliau juga tak mengenal
saya. Tetapi saya sangat kenal beliau melalui tulisan-tulisan beliau di koran,
khususnya koran JAWA POS. Di Kupang saya masih mengikuti gerak langkah beliau
melalui Harian Terkemuka TIMEX (Timor Expres). Begitu tergila-gilanya saya pada
sosok Dahlan Iskan, sampai di Kupangpun saya berlangganan koran yang masih anak
perusahaan JAWA POS!.
Buku-buku beliau saya beli dan saya baca hingga akhir, yang membuat saya
jatuh hati adalah buku beliau GANTI HATI, buku yang menceritakan perjalanan
beliau operasi hati di luar negeri. Karena saya bukan orang yang pelit dalam
segala hal, buku-buku beliau selesai saya baca selalu hilang entah kemana. Saya
tidak memiliki hobi koleksi buku. Akhir-akhir ini ketika saya mulai belajar
menulis ilmiah, baru saya sadar arti mengkoleksi buku.
Saya mengikuti perjalanan Dahlan Iskan kecil, merintis usaha, dari
Kembang Jepun, hingga di kantor daerah ketintang belakang kantor Agama Jawa
Timur dan Pengadilan Agama Surabaya sampai pada Tower Jawa Pos yang saat ini.
Dahlan Iskan kecil hingga menjadi menteri BUMN yang mengurusi listrik. Hingga
saya berjumpa beliau ketika beliau di kursi pesakitan.
Saya berjumpa beliau ketika melihat beliau di TV, kontan air mata saya
meleleh dan menangis sesenggukan. Saya menangis, bukan hanya meleleh air mata
saya saja. Sebab saya tahu, beliau adalah malaikat tak bersayap di muka bumi
ini. Saya syok banget melihat orang sebaik beliau, di tuduh korupsi. Saya marah
ketika itu, Tetapi saya bisa apa?... Dahlan Iskan saja tak mengenal saya.
Apalagi saya hanya guru di desa !.
Sejak saat itu, saya tak mau membaca koran dan apapun tentang Dahlan
Iskan. Sebab ingat beliau saya ingat akan almarhum Ayah saya yang mengenalkaan
saya pada sosok lelaki Jawa yang sangat sederhana. Dahlan Iskan adalah lelaki
Jawa yang terlahir dari keluar miskin, jika dapat kenduri dari tetangga sangat
senang, karena dari berkat (makan yang di bawa dari pesta atau baca doa dari
tetangga selalu ada lauk yang enak) yang tidak setiap hari Dahlan iskan jumpai
di meja makan.
Karena alasan itu pula, Pak Dahlan Iskan tak pernah menyisakan makanan di
piringnya. Bahkan pada suatu kesempatan ada kegiatan besar Pak Dahlan Iskan
menemukan salah satu tamunya menyisakan makanannya, Pak Dahlan Iskan langsung
mengambil dan memakannya (Saya baca di koran). Sebegitu dekatnya saya dengan
beliau, ketika beliau sakit saya mengikuti lewat koran Jawa Pos juga. Sakit
yang di tuduhkan kepada beliau sebagai koruptor di pengadilan membuat saya benar-benar sedih dan juga sakit
hati yang dalam.
Saya bawa sedih itu dalam tahjud saya, dhuha saya, dan sholat lima waktu
saya. Hingga pahala-pahala bacaan Al-Qur’an saya sampaikan pahalanya kepada Pak
Dahlan Iskan. Agar Allah memberikan kekuatan lahir dan bathin kepada beliau
saat itu. Lalu saya menutup akses untuk tidak lagi membaca apapun tentang Pak
Dahlan Iskan. Di mata saya belaiu adalah malaikat tak bersayap orang yang terbaik
di seluruh dunia !!!.
Kulangitkan nama beliau hingga ke langit ketujuh, agar Allah memberikan
kebaikan dan kesehatan
untuk Pak Dahlan Iskan. Dan saya diberikan kesempatan untuk bisa berjumpa
dengan beliau dalam keadaan beliau sehat wal’afiat. Lamaaaa.... sekali saya tak
mendengar tentang Pak Dahlan Iskan, saya baru bisa bicara saat ini, ketika
membaca tulisan beliau di share di group WA ABI 3 – Ayah Bunda Institut yang di
asuh seorang Psikolog hebat Pak Bambang dari Sidoarjo Jawa Timur. Group ini
berisi tentang bagaimana kita mendidik anak yang baik dan berkarakter.
Dalam group ini kita diberikan waktu untuk promosi produk atau hasil
karya kita setiap hari Jum’at, Sabtu, dan Minggu. Lama saya tak pernah fokus
pada group ini, biasa saya selalu tanggap pada berita-berita dan artikel yang
menarik pada group ini. Malam ini saya membaca artikel tentang “Covid Apalagi”
yang di tulis beliau pada hari Rabu, 8 April 2020. Pasti beliau menulisnya pagi
tadi.
Tulisan tadi pagi yang saya baca malam ini, saya membacanya dengan teliti,
saya ikuti, dan saya renungkan, saya seperti mendapatkan energi positif dalam
diri saya menyikapi keadaan yang seperti saat ini. Tulisan di atas mengingat
saya pada sosok ayah saya almarhum Bapak Kaimin Herly Sutikno, BA. Ayah yang
mendidik saya dengan kesabaran dan penuh tanggung jawab itulah yang mengenalkan
Pipin nama panggilan ibu guru cantik ketika kecil dulu.
Ayah yang selalu sabar dalam segala keadaan, arti sebuah kesabaran itu
Pak Dahlan Iskan abadikan dalam kata mutiara kehidupan beliau. “Jika semua yang
kita inginkan segera terwujud, darimana kita harus belajar sabar?....” Dan
masih banyak lagi tulisan beliau yang saya baca, saya ikuti, hingga detik ini. Sangat
menginspiasi saya yang hidup jauh dari orang tua, dan beliau hadir bagaikan
Ayah saya yang hidup sepanjang masa.
Membaca tulisan-tulisan karya beliau, saya seperti mendapatkan energi
positif dalam diri saya menyikapi keadaan yang seperti saat ini.
I love you Pak Dahlan Iskan, terima kasih penguatannya lewat tulisan
tersebut di atas. Semoga ketika saya pulang ke Surabaya, saya bisa berjumpa
Bapak nanti. Aamiin...
Salam Sehat Selalu,
Dari Ibu guru cantik
Guru Inspirasi NTT
Bunda Lilis Sutikno
Ditulis di Kupang, 08 April 2020
Namosain, 23.03.03 WITA
Nusa Tenggara Timur
Tolong kepada siapapun yang membaca tuliisan saya ini, bisa di sampaikan kepada Bapak Dahlan Iskan, doa terbaik untuk beliau, dan untuk semua yang membaca tulisan saya ini.
BalasHapusSalam sehat dari Kupang
Nusa Tenggara Timur
salam sehat selalu bunda cantik...
BalasHapusSalam sehat selalu juga untuk Ibu Ivo Fauziah.
HapusMantap bunda
BalasHapusBundanya siapa dulu?...
BalasHapusBundanya Pak Guru ganteeng...
Ha ha ha...
Bagaimana acara tadi siang?...
Dahlan Iskan sejatinya sosok inspiratif.
BalasHapusSangat Pak Brian, Buku beliau sudah banyak yang bunda baca.
HapusSaya juga orang yang ngefans berat kepada pak Dahlan Iskan.
BalasHapusTerima kasih Pak Maman. Semoga Pak Dahlan Iskan tetap sehat dan diberikan keberkahan dan rejeki yang berlimpah dari Allah Swt, aamiin...
HapusSemangaaat bu guru cantik...salam dari Bali
BalasHapusBarokallih Bunda Cantik di sela2 harian sll menyempatkan menulis, sy belum kenal Bo Ishak Dahlan, skr mll baca artikel ini sy ingin mendekati Bo Ishak Dahlan, masyaAllah semoga mjd ladang akherat aamiinn
BalasHapusCoba koleksi buku beliau Bu, saya hari ini mau cari buku beliau yang pernah saya beli. Dalam buku beliau yang paling berkesan adalah beliau mandi di sungai pakai sarung sholat. Karena sarung yang dimiliki hanya satu. Beliau mandi, dan mencuci sarungnya lalu bermain di sungai berendam dan berenang di sungai sampai kain sarung itu kering. Saya membayangkan dan masuk akal kejadian itu, sebab masa kecil saya suka lihat anak desa slulup di kali (sungai), seperti Pak Dahlan Iskan tulis. Coba beli salah satu buku beliau sangat menginspirasi.
HapusSalam sehat dari Kupang
Pak Dahlan I, Personal yg tangguh
BalasHapusSangat tangguh Bu Endah
HapusSalam sehat dari Kupang
Mantap nih tulisannya, Bunda. Saya suka quote inspirafif dr Pak Dahlan Iskan.
BalasHapusKeren, Bu Lilis, blognya. Penuh isinya. Sukses selalu.
BalasHapus