PERTEMUAN KE-9 KBMN PB. PGRI ANGKATAN 28
MENULIS ITU MUDAH
Writing
is Easy??? Hemmm siapa bilang. Menulis itu semudah berkata,
semudah bernafas, semudah kita menggerakkan kaki mengikuti irama. Masih
kesulitan menulis. Ikuti kelas malam ini, dan hempaskan segala kegundahan. So katakan Menulis itu mudah bukan???
Anda butuh bukti, jangan lupa masuk kelas malam ini. 😍
Iklan dan flayer ini
dikirim tim solid KBMN angkatan 28 ibu Widya yang asli arek Malang. Seperti
yang saya biasa sampaikan pada kegiatan yang lalu-lalu pada kelas belajar
menulis nama lama dari KBMN. Dari gelombang 1 hingga gelombang 27, “Menulis
Semudah Ceplok Telur”.
Malam ini pasti tak beda
jauh dengan materi saya. Semoga saya bisa mengikutinya dengan baik. Dan dapat
mengirimkan resume tepat waktu. Setelah dua kali pertemuan saya tertinggal.
Alhamdulillah sore ini saya bisa menyusul ketinggan tersebut.
Ada 6 Kunci Agar Mudah Menulis, yaitu:
1.
Bangun
Mindset Dalam Diri Bahwa Menulis Itu Mudah
Membangun mindset dalam diri bisa
dilakukan dengan melakukan penegasan atau afirmasi dengan mengatakan dalam diri
kita menulis itu mudah bisa membuat screen
di komputer kita, bisa juga ditempelkan dalam dinding rumah kita.
2.
Miliki
Tekad Yang Kuat
Menjadi penulis itu harus
bersemangat, jangan mudah menyerah. Belum menulis sudah bilang sulit. Jika ada
hambatan dihadapi/diatasi. Jangan lari dari kenyataan dan tidak perlu khawatir.
Orang yang jarang menulis bayangan kekhawatiran atau ketakutan tidak bisa
menulis akan membayangi dan ia tidak karu-karuan (memiliki rasa takut yang
berlebihan). Tetapi orang yang terbiasa menulis bayangan itu akan hilang dengan
sendirinya dan yang tersisa adalah tekad. Sejauh ini Prof. Dr. Ngainun Naim
sudah menulis sekitar 40 buku mandiri, 90 antologi, 30 kata pengantar buku, 50
artikel jurnal ilmiah, dan ribuan esai.
3.
Menulislah
Yang Kita Ketahui
Janganlah menulis hal-hal yang kita
tidak tahu. Sebab hal ini akan berdampak pada rasa malas untuk menulis, dan
menjadikan beban ketika ia hendak menulis.
4.
Banyak
Membaca
Orang yang rajin membaca, tetapi
tidak rajin menulis, ia akan seperti pohon yang tumbuh subur tetapi tidak
berbuah. Sebaliknya orang yang rajin menulis tetapi tidak mau membaca, maka ia
tidak akan bertahan lama, karena tidak ada yang dapat ditulis.
Bagi penulis,
membaca itu sepeerti menabung, ketika ia menulis akan dikeluarkan secara
otomatis saat itu juga. Seorang penulis dan pembaca yang baik, akan melahirkan
ide dan tulisan yang baik dan berkesan di hati pembacanya.
5.
Jam
Terbang
Semakin sering menulis maka akan
semakin mudah untuk menulis. Jika masih sulit menulis maka jam terbang harus
ditingkatkan, dengan cara melakukan praktik menulis, bergabung dengan group
pelatihan menulis, dan masuk dalam komunitas penulis.
Namun ikut group
menulis bukan jaminan bisa menulis jika tidak melakukan praktik menulis setiap
saat. Menurut Prof. Dr. Kuntowijaya, 6 cara menjadi penulis yaitu: “Membaca,
menulis, menulis, membaca, menulis, dan menulis”.
6.
Sabar
Menjalani Proses Menulis
Pepatah bahasa Indonesia menyatakan, “Langkah
seribu dimulai dari langkah pertama”. Jika kita menjalani dengan sabar dalam
menulis, maka kita akan berhasil menulis dengan baik. Satu demi satu langkah
kita jalani dengan sabar maka kita akan mudah menulis.
Ada satu hal yang
perlu dan tidak boleh kita lupakan agar kita dapat dengan mudah menulis, yakni
kita harus bersyukur. Bersyukur kepada siapa? Bersyukur kepada Tuhan.
Mengapa harus
bersyukur? Kita bersyukur karena telah mendapatkan anugerah dari Tuhan kita
bisa menulis, karena tidak semua orang itu mau dan mampu untuk menulis.
Ada yang mau
tetapi tidak mampu, atau sebaliknya ada yang mampu tetapi tidak mau, sehingga
tidak dapat menghasilkan tulisan. Kalimat penutup dari Prof. Dr. Ngainun Naim
pada gelombang ke-20 adalah: “Mari menulis, sebab dengan menulis menjadi ladang
ibadah yang jarang dipilih. Mari niatkan sebagai ibadah. In Shaa Allah berkah”.
Tulisan di atas saya ambil dari buku karya Mangatur Panjaitan ISBN: 9-786233-770965, dengan judul cover buku “Menulis dan Menerbitkan Buku”. Kumpulan Resume Hasil Belajar Bersama PGRI Via Daring angkatan ke-20.
Kisah
di atas terdapat pada buku ini halaman 92-94
Malam
ini materi yang sama pada angkatan 28 Pertemuan ke-9. Tepat pukul 20.00 Wita,
moderator membuka kegiatan dengan di awali berdoa bersama, agar kegiatan kita
lancar adanya dari awal hingga paripurna.
Prof. Ngainun Naim, mengucapkan Terima kasih
kepada Bu LELY SURYANI yang menjadi moderator malam ini. Dan memberi salam
dengan mengucapkan Assalamualaikum Wr Wb. Narasumber menjawabnya, “Waalaikumussalam
warohmatullohi wabarokatuh”.
Prof. Ngainun Naim
menyampaikan: “Malam ini saya mendapatkan amanah menyampaikan materi WRITING IS
EASY?. Topik ini menarik. Saya tidak akan menjelaskan bahwa menulis itu mudah
atau sulit. Saya hanya ingin mengajak Bapak Ibu sekalian bisa menulis. Caranya hanya
satu, yaitu dengan menulis.
Pertanyaannya: “Apa yang
mau ditulis?”. Saya punya satu tulisan sederhana. Tulisan beberapa tahun lalu.
Silahkan dibaca dulu yaa, https://ngainun-naim.blogspot.com/2016/06/suatu-sore-di-bulan-ramadhan.html
Tulisan ini hanya beberapa
paragraf. Berkisah tentang suasana ramadhan di Alun-alun Trenggalek Jawa Timur
tempat saya tinggal. Dan tulisan yang ini: https://www.spirit-literasi.id/2022/12/dari-wa-ke-dunia-nyata.html
Ini contoh lagi tentang
kisah pertemuan saya dengan seorang sahabat yang sebelumnya hanya saya kenal di
WA. Kata Prof Ngainun Naim: “Kalau ini tulisannya lumayan panjang”. Intinya
saya ingin menyampaikan salah satu kunci menulis yang mudah.
1.
Menulislah hal-hal sederhana yang kita
alami.
2.
Jangan menulis sambil dibaca lalu diedit.
3.
Menulis tetang perjalanan.
4.
Menulis secara ngemil.
Jadi pengalaman hidup
sehari-hari itu sumber tulisan yang subur. Kita akan mudah menuliskannya karena
kita menceritakan apa yang kita alami. Tinggal kita memilih aspek apa yang mau
kita ceritakan. Ya. Jadi ya apa yang kita alami sehari-hari. Tulis saja. Jangan
takut salah atau jelek. Tetapi, takutlah jika tidak menulis.
Bapak Ibu sekalian. Jika
kunci (1) dijalankan, menulis akan mudah. Yang nomor (2) Sering edit tulisan
sambil menulis. Itu menjadi hambatan psikologis dalam menuangkan pikiran. Nulis
itu ya nulis. Keluarkan saja apa yang ada dalam pikiran secara bebas.
Ketika Bapak dan Ibu
menulis. Terus saja menulis. Jangan hiarukan salah atau benar, teruslah
menulis. Nah, ketika selesai menulis atau karena sudah habis yang mau ditulis,
tinggalkan dulu. Lalu simpan di komputer. Jangan dibaca dulu, cari suasana
psikologis yang berbeda. Istilahnya ENDAPKAN DULU.
Saat berbeda, misalnya
nulisnya pagi, maka saat sore baru dibaca. Cermati kalimat demi kalimat, tambahkan
ide yang ada jika memang perlu ditambah. Jika ada typo, perbaiki.
Sebelum mengunggah ke
blog atau Kompasiana, Prof. Ngainun selalu membaca ulang tulisannya. Bisa
sekali atau dua kali. Prof Ngainun Naim menjelaskan bahwa: “Prinsip saya
sederhana: meminimalkan hal yang tidak sesuai dengan keinginan saya. Kenapa?
Karena tulisan kita adalah jejak kita”.
Prof. Ngainun
mempersilahkan peserta untuk membuka link tulisannya di sini: https://www.kompasiana.com/ngainun-naim.berbagi/63d1f30408a8b51db6795d52/menjadikan-literasi-sebagai-tradisi Ini contoh tulisan saya yang saya edit
beberapa kali. Ada yang komentar tulisan saya berat-berat, padahal ringan he he
he.
Saya memberikan komentar
pada tulisan beliau di atas bahwa tulisannya ringan seperti krupuk, dan renyah
untuk dinikmati. Saya berpikir Prof Ngainun Naim menulis hal-hal yang
berat-berat. Beliau menjawab menulis berat dan ringan. he he he
Beliau menjelaskan kepada
saya, bahwa berat itu ya untuk kepentingan akademik karena saya seorang guru
besar. Ringan itu untuk kepentingan publik karena saya menyukai menulis apa
pun.
Penjelasan ke-3 menulis
tentang perjalanan. Hal ini juga jenis tulisan yang mudah dibuat. https://www.spirit-literasi.id/2022/01/kado-sangat-indah-di-awal-tahun.html Ini tulisan perjalanan karier Prof. Menjadi
guru besar termuda. Kita semua sangat sering melakukan perjalanan. Saya sendiri
baru sampai di rumah jam 18.20 setelah dari Jakarta tadi siang.
Nah, apa-apa yang kita
lakukan di perjalanan bisa kita tulis. Jika Bapak Ibu rekreasi, tulis saja
hal-hal yang Bapak Ibu alami. Itu mudah karena kita menjalaninya. Silahkan
dibuka link saya ini: https://ngainun-naim.blogspot.com/2020/02/senja-di-pantai-warna-oesapa.html
Ini contoh catatan saya ke Kupang sebelum pandemi.
Prof. Ngainun Naim
memberikan satu kunci lagi nomor (4) yang membuat menulis terasa mudah, yaitu
MENULIS SECARA NGEMIL atau sedikit demi sedikit. (Seperti ngemil kacang bawang)
komentar narasumber. Saya nyaris setiap hari menulis beberapa jenis tulisan.
Tidak banyak, untuk blog atau Kompasiana, saya menarget 3-5 paragraf. Untuk
artikel jurnal, saya menarget 1 paragraf. Itu target minimal. Itu yang saya
perjuangkan.
Prof Ngainun Naim
menjelaskan aktivitas menulisnya kepada peserta, bahwa: Pagi saya menulis
artikel jurnal 1 paragraf. Sampai di kantor saya menulis untuk blog. Setiap
hari paling 1-2 paragraf. Konsisten ya, setiap hari. https://www.spirit-literasi.id/2022/04/jejak-dari-bukittinggi-dari-ngarai.html
Saya kira 4 hal itu saja yang saya sampaikan. Itu mudah untuk dipraktikkan.
SESI
TANYA JAWAB
Pertanyaan 1:
Dewi dari Seruyan Kalimantan Tengah.
Kadang banyak orang yang menganggap menulis itu susah dengan barbagai macam
alasan, bagaimana caranya agar kita bisa memberikan keyakinan kepada mareka
bahwa menulis itu sebenarnya tidak susah? Sehingga kita bisa mengajak orang-orang
disekitar kita juga menyukai literasi terutama menulis ini. Apakah ada contoh
penulisan jurnal? Terimakasih
Jawab:
Baik. Pertanyaan menarik dari Bu Dewi di
Kalteng. Saya sejauh ini berpikir terbalik. Saya mewajibkan diri saya terus
menulis. Orang lain itu tidak saya paksa untuk menulis. Jika saya menjadi
teladan, mereka akan terinspirasi dan mengikuti. Sejauh ini saya memiliki
banyak sekali "murid" yang menulis setiap hari. Ya, setiap hari. Contoh
penulisan jurnal: ada. Silahkan klik di sini Bu Dewi: https://www.spirit-literasi.id/2022/08/menulis-penelitian-dan-artikel-jurnal.html Silahkan dikunjungi juga: https://scholar.google.co.id/citations?user=SbPI0fkAAAAJ&hl=id&oi=ao Ini Google Scholar saya. Silahkan baca sekian
puluh eh sekian ratus artikel jurnal saya.
Pertanyaan 2:
Evridus Mangung- dari NTT
Menulislah hal-hal sederhana. Ini
pernyataan yang keren dari narsum malam ini. Pertanyaannya adalah bagaimana
cara untuk mengatasi hal-hal seperti kesulitan memulai menulis pada alinea
awal. Sudah ada gagasan dalam kepala tetapi tidak tahu bagaimana menulisnya.
Hal ini terjadi di awal-awal sebelum menulis pargaraf pertama dalam tulisan.
Jawab:
Terima kasih. Saya cukup sering membaca
puisi beliau. Kesulitan itu biasanya karena persoalan psikologis. Takut jelek,
takut salah, dan seterusnya. Itu harus dilawan. Caranya pokoknya ya ditulis.
Bisa dilihat dari blog saya. Saya selalu mengawali tulisan dengan prolog
sederhana. Ini sebagai pintu masuk untuk paragraf demi paragraf berikutnya.
Kata salah seorang penulis: cara melawan kesulitan adalah dengan melakukan.
Pertanyaan 3:
Imro'atus Sholihah, MTs Negeri 4 Jombang
Jawa Timur
Bagaimana
agar menulis itu benar-benar mudah?
Jawab:
Langkah awalnya itu dipaksa. Ya, tidak ada
yang benar-benar mudah dalam hidup ini. Saya bisa naik sepeda itu karena
dipaksa. Ya, beberapa kali jatuh. Tapi sekarang benar-benar mudah. Ndak mikir.
Dulu saya berjalan saat kecil itu juga
dipaksa oleh orang tua. Sekarang benar-benar mudah. Jadi jika menulis ingin
benar-benar mudah, paksalah untuk menulis setiap hari. Jika mampu menulis
setiap hari selama tiga bulan, buktikan nanti akan ketagihan.
Pertanyaan 4:
Farida Lisanti, Kabupaten Musi Rawas
Assalamu'alaikum. Prof. melihat 2 blog
yang dikirim, saya melihat dari segi penulisan. EYD dan rapi pada blog yang ke
2, dibanding blog 1. dan perbandingan di kompasiana.
Apakah dalam penulisan blog ada aturan
yang mengikat? atau suka-suka kita, karena saya lihat tulisan pada blog rapi,
pakai rerata tengah, sedangkan pada kompasiana rerata kiri padahal sudah diedit
beberapa kali oleh Prof. Terima kasih
Waalaikumsalam...
Jawab:
Semua tulisan saya usahakan untuk saya
edit sebaik mungkin. Blog pertama: blogspot. Ini blog gratis. Jadi tata letak
dan sebagainya sederhana. Blog kedua: spirit literasi itu berbayar. Jadi lebih
bagus dari sisi isi dan tata letak. Kalau Kompasiana, saya tidak tahu. Tahunya
saya unggah tulisan, sudah.
Pertanyaan 5:
Teguh Wiyono, Bekasi
Jika menyimak paparan Prof. Sepertinya
menulis itu memang mudah. Namun sering kali, kita terjebak dengan ego kita. Masa
tulisan yang diangkat cuma kayak gitu.
Bagaimana menyikapi hal ini Prof?
Jawab:
Lawan terbesar penulis adalah diri
sendiri. Itu butuh perjuangan. Saya juga mengalaminya. Seiring perjalanan
waktu, saya mengabaikan itu. Pokoknya saya menulis saja. Kualitas itu akan
meningkat seiring dengan banyaknya karya yang kita hasilkan. Tentu juga harus
belajar tanpa henti. Saya sampai sekarang masih terus belajar, mencari
informasi, menonton YouTube, membaca, dan terus menulis. Jadi teruslah menulis.
Bagaimana kualitas bisa meningkat jika berhenti menulis?
Pertanyaan 6:
Toto - Kota Bekasi
Assalamu'alaikum, mohon izin bertanya,
Prof.
Jika nulisnya nyicil, saya sering
kehilangan orientasi, jadi mesti ngumpulin lagi bayangan tentang apa yang tadi
mau ditulis. Adakah cara untuk mengatasinya?
Terimakasih Bu Lely yang baik hati dan
tidak sombong.
Jawab:
Tentu ada. Jadi biasakan membuat TEMPLATE
atau semacam ancangan (kerangka) sederhana saat membiasakan menulis secara
nyicil. Misalnya: Saya mau menulis tentang: EMPAT HAL YANG MUDAH DITULIS.
Paragraf satu: buat panduan: Menulis Itu
mudah apa sulit?
Paragraf 2: Menulis yang dialami.
Paragraf 3: Menulis Perjalanan, dan
seterusnya.
Jadi setiap paragraf sudah ada kata
kuncinya biar tidak liar ke mana-mana. Itu memudahkan kita dalam mengeksekusi
ide saat memilih metode NYICIL
Pertanyaan 7:
Sri Mulyati dari Cirebon
Assalamualaikum Pak, mohon ijin bertanya, kalau
kita menulis setiap hari secara Ngemil... apakah dengan judul yang berbeda bisa
di buat sebuah buku??? Terima kasih.
Jawab:
Waalaikumsalam. Sangat bisa. Tinggal
tulisan demi tulisan dikumpulkan. Diberi judul, kata pengantar, daftar isi dan
biodata penulis. Sudah jadi buku. Banyak buku, termasuk beberapa buku saya,
yang merupakan kumpulan dari menulis setiap hari
Pertanyaan 8:
Ibu Eka Yulia dari Kalimantan Tengah
Assalamualaikum, titip pertanyaan untuk
Prof. Ngainun.
Menurut Prof, ketika kita akan menulis
dengan tujuan untuk di share di blog atau media manapun yang nantinya akan
dibaca banyak orang, sebaiknya mengambil tema harian yang kita alami (seperti
kiat dari Prof.) Atau mengangkat tema yang tengah booming?
Hatur nuhuun.
Jawab:
Waalaikumsalam. Bisa dua-duanya. Intinya
pilihlah yang kita bisa. Jika booming
tetapi ndak bisa menyelesaikan tulisan ya jangan dipilih. Tulislah sesuai yang
kita mampu. https://www.youtube.com/watch?v=xliu1sCtkAQ
Pertanyaan 9:
Nurkhotijah dari Wonosobo
Ijin bertanya. Bagaimana cara memunculkan
ide supaya bisa menulis dengan sudut pandang yang berbeda, intinya punya kesan
yang lebih bermakna?
Jawab:
Banyak membaca. Banyak berlatih. Terus
menulis. Hanya itu cara yang saya praktikkan. Tidak ada yang instan.
Pertanyaan 10:
Rahman dari Sumenep, Madura Jawa Timur.
Assalamu'alaikum.... Ijin bertanya Prof. Ditengah kesibukan Prof
Naim masih bisa enjoy dan membagi waktunya walau dalam perjalanan masih bisa
menghasilkan sebuah karya dan cerita yang bagus. Apakah ada hal yang bisa kami
lakukan sebagai penulis pemula agar bisa rilek menulis. Terkadang konsentrasi
buyar disaat asik menulis namun tiba-tiba ada gangguan datang tiba-tiba. Kedua,
kami masih sulit membagi waktu. Terkadang butuh suasana sepi ide saya baru
muncul dengan natural. Terima kasih
Jawab:
Waalaikumsalam. Saya berusaha menikmati
semua yang saya kerjakan. Kesibukan itu bukan hambatan menulis. Kuncinya
komitmen yang dijalankan dengan riang gembira. Jika ada orang beralasan sibuk
lalu tidak menulis, saya hampir yakin ketika banyak waktu luang pun juga tetap
tidak menulis. Konsentrasi itu soal latihan. Sebaiknya memang ketika menulis,
HP dimatikan. Itu gangguan terbesar. Jadi fokuslah dan teruslah berlatih.
Pertanyaan 11:
Hilman Kepulauan Bangka Belitung
Izin bertanya Prof. Saya pemula dalam
menulis, tapi koq nafsu banget nulis yang berat-berat, dan betul hasilnya nggak
pernah selesai tuh tulisannya. Bagaimana cara menundukkan nafsu tersebut Prof?
Jawab:
Nafsu itu bukan untuk dibunuh tetapi
dikelola. Sekarang turunkan target. Jangan yang berat dulu. Imbangi yang
sederhana dan ringan tetapi selesai. Itu namanya tulisan berbasis otak kanan.
Nah, yang berat itu basisnya otak kiri. Mulainya sebaiknya dari otak kanan.
Nanti yang otak kiri akan ikut dengan sendirinya. Selamat mencoba.
Pertanyaan 12:
Candra dari D.K.I. Jakarta
Saya ingin bertanya Prof. Apakah metode menulis mengemil ini efektif Prof, terutama bagi
kami yang pemula adakah?...
Jawab:
Metode itu alat. NGEMIL itu metode.
Efektif atau tidak itu ya tergantung kita yang menerapkan. Kalau untuk saya dan
beberapa penulis, cukup efektif. Bisa simak jawaban saya untuk pertanyaan ke
enam. Dari Pak Toto Bekasi.
Pertanyaan ke 13:
Bunda Afida dari Sampang Madura Jawa Timur
Assalamu'alaikum Prof, Izin bertanya
nggih....
Prof, Jika menulis dari hal-hal yang kita
alami, apabila yang kita alami begitu datar, biasa-biasa saja, tidak ada yang
spesial, bagaimana tulisan kita menjadi menarik untuk dibaca?
Bagaimana cara menjadikan apa yang kita
alami itu menjadi sesuatu yang spesial, yang bisa dijadikn ide untuk menulis?
Menjadikan cerita tidak spesial menjadi
spesial bagaimana Prof?
Jawab:
Waalaikumsalam. Tentu harus banyak
membaca, mengamati dan menganalisis tulisan demi tulisan orang yang menulis
hal-hal semacam ini. Membaca itu amunisi menulis. Banyak membaca membuat
imajinasi kita kaya. Pilihan kosakata bervariasi. Data biasa mampu diolah
secara luar biasa. Kuncinya memang sering latihan. Tidak ada yang langsung
baik. Butuh terus berlatih agar yang awalnya biasa menjadi luar biasa
Pertanyaan 15:
Nurmiati dari Temanggung
Pada pemaparan materi yang telah
disampaikan Prof kita pada awalnya menulis bebas saja, Pertanyaannya saya (1) Kapan
kita harus mengutip karya orang lain? bagaimana tips mengutip karya orang lain?
(2) Bagaimana mensiasati buku rujukan
harus yang terbaru, sedangkan buku cetak terbitan lama?
Terimakasih atas jawabannya Prof
Jawab:
Kalau ini sudah masuk kategori ilmiah
populer, seperti beberapa tulisan saya di Kompasiana. Kapan harus mengutip? Ya
ketika kita memang merujuk ke pikiran orang lain di sebuah buku. Jika itu
memang murni pikiran kita ya tidak perlu mengutip. Syaratnya harus betul-betul
pikiran kita. (2) Sekarang ini tersedia banyak sumber referensi online.
1)
https://scholar.google.co.id/
Di situs itu banyak buku dan artikel yang
bisa kita download gratis. Itu mengatasi buku cetak lama.
Pertanyaan 16:
Dyah dari Kabupaten Bandung Barat
Saya penulis pemula, jadi masih banyak
rasa takut untuk memposting tulisan di blog, apakah ada etika menulis secara
online? karena tulisan kita dibaca oleh orang banyak, takutnya ada yang
tersinggung dan sebagainya.
Jawab:
Sepanjang tulisan itu karya kita yang
tidak bertentangan dengan SARA, ya tidak masalah. Musuh terbesar penulis itu diri
sendiri. Misalnya takut, malu, kuatir dan sejenisnya jika tulisan kita
diposting. Jika ingin jadi penulis, abaikan hal-hal semacam itu. Dikritik,
biasa. Itu sarana untuk memperbaiki tulisan kita. Saya sudah kenyang kritikan
dan review. Justru itu, menurut saya, jalan untuk maju.
Pertanyaan 17:
Ari Susanah dr SMP Negeri 5 Tambun Selatan
kabupaten Bekasi.
Dulu saya semangat sekali untuk menulis,
dari ketika anak saya baru satu, dan
ketika itu status saya masih guru honorer, ide saya selalu muncul tentang
artikel parenting dan dongeng anak. Saya juga sudah menulis dua buku tunggal
dan 18 buku antologi dengan tim komunitas penulis kabupaten Bekasi. Saya juga
pernah menjadi editor. Namun sekarang ini setelah saya diangkat menjadi ASN
PPPK, saya sibuk dengan pekerjaan, tidak ada motivasi di lingkungan kerja
tentang kepenulisan, dan juga saat ini saya dikaruniai 5 orang anak yang
semuanya masih di bawah umur. Ide saya selalu muncul, tapi saya kehabisan waktu
dan tenaga untuk menulis. Bagaimana cara untuk mempertahankan ide?. Supaya
tidak lupa?
Jawab:
Segera eksekusi. Manfaat jeda waktu. Jaga
semangat. Yakinlah bahwa menulis itu memberikan barakah hidup.
Pertanyaan 18:
Sugiharto dari MAN 1 Brebes, Assalamualaikum...
izin bertanya Prof. Sebaiknya kita menulis dulu baru menentukan judul, atau
menentukan judul baru menulis? Terima kasih.
Jawab:
Waalaikumsalam. Tidak ada patokan.
Kondisional.
Pertanyaan 19:
Agustin dari Jakarta, Setiap perjalanan
kita bisa tuliskan... Seperti yang disampaikan Prof.
Prof... Apakah tulisan yang kita tuliskan
harus mengalir begitu saja dengan melihat apapun? Lalu, haruskah tulisan kita ada kandungan
manfaat atau hikmah untuk pembaca? Karena, banyak tulisan yang saya baca, kosong
seperti tulisan saya Prof. Bagaimana Prof menanggapinya?
Jawab:
Jawabannya panjang ini. Silahkan baca
artikel saya ya Mbak Agustin. https://www.spirit-literasi.id/2022/11/strategi-menulis-tentang-perjalanan.html
Pertanyaan 20:
Suhaimi. Bagaimana supaya tulisan yang
kita tulis dimuat di jurnal. Karena Kompasiana tidak bisa jadi angka kredit.
Jurnal sudah pasti bisa. Terima kasih
Jawab:
Terima kasih. Baca artikel saya ini: https://www.spirit-literasi.id/2022/09/slot-dan-waktu-terbit.html
Ada beberapa tulisan saya di blog itu, silahkan
kunjungi.
Pertanyaan 21:
Nama disamarkan, penanya No Name
Assalamualaikum ..
Mohon izin bertanya Prof.
1. Banyak sekali yang ingin saya tulis,
dan kalimat demi kalimat sudah berlalu lalang di kepala....tapi untuk
menuangkan menjadi tulisan sulit rasanya.
Lalu dipaksa untuk menulis namun
kalimatnya jadi tidak runtut.
Bagaimana cara mengatasinya ?
2. Kalau kita menulis kegiatan orang lain,
atau pengalaman hidup orang lain, apakah dalam etika menulis itu dibolehkan? Apakah ketika kita menuliskannya disebutkan
nama, tempat dll nya, seperti sebuah berita? Ataukah bisa kita ubah
menjadi cerita fiksi ? Wassalamualaikum, Terima kasih banyak
Jawab:
(1) Menulis itu ada tahapan setelah
menuangkan ide dalam kalimat, yaitu EDITING. Di sini tugas kita merapikan yang
tidak runtut. Menyambungkan yang tidak nyambung. Jadi kalau saat menulis masih
kacau tidak apa-apa. Nanti kita perbaiki saat editing.
(2) Sebaiknya izin.
Pertanyaan 22:
Nama: Yoyon Supriyono. Dari Cirebon
Adakah syarat atau ketentuan agar tulisan
bisa dimuat di jurnal?
Jawab:
Kunjungi Jurnal Tujuan:
https://www.spirit-literasi.id/2022/09/kunjungi-jurnal-tujuan.html.
Penyebab Penolakan Jurnal:
https://www.spirit-literasi.id/2022/09/penyebab-penolakan-artikel-jurnal.html.
Dari Lima Belas Menit Hingga Lima Belas
Bulan:
https://www.spirit-literasi.id/2022/09/dari-lima-belas-menit-hingga-lima-belas.html.
Silahkan membaca artikel-artikel tersebut
ya.
Pertanyaan 23:
Wahyuning Jakarta
Assalamualaikum....Ngemil menulis sering
saya lakukan baik di blog, kompasiana, maupun di komputer saja. Tapi, ketika
dipilah-pilah untuk menjadikannya sebuah buku, saya malah bingung untuk membuat
judul yang tepat. Bagaimana menentukan judul buku yang tepat dari cemilan
tulisan tersebut? Terima kasih. Salam hormat Pak Kyai...
Jawab:
Waalaikumsalam. Bisa memakai judul umum.
Misalnya KOMPILASI CATATAN HARIAN. Jadi temanya kan sangat umum. Pilihan
lainnya, mulai sekarang coba rancang bab demi bab yang temanya berdekatan, lalu
cicil secara ngemil. Jadinya nantinya mudah jika dijadikan sebagai buku.
Pertanyaan 24:
Upgris Semarang Prof..
Lit H R UTAMI: HR. Utami dari Semarang
Tanya: Kita sering mendapatkan motivasi
serupa ini ya, 'Menulis Itu mudah', "Menulislah setiap hari, dan buktikan
apa yang terjadi' (mantra sakti OmDok Jay. 'Mulailah dari yang sederhana, yang
dilihat, dialami", dan banyak lagi. Persoalannya, menuangkan begitu saja,
kemudian published apa bisa dilakukan terus menerus. ASpa tidak perlu
mengoreksi bahasa (diksi, dan perangkat bahasanya? Jika bukan kita yang merawat
bahasa kita, siapa lagi? lama-lama bahasa Indonesia bisa rusak dong. Bagaimana,
Prof.? Matur nuwun.
Jawab:
Menulis setiap hari bukan berarti tanpa
editing. Ibu bisa simak penjelasan saya di atas. Aspek yang penting dari
menulis itu adalah kemampuan mengeluarkan ide dan gagasan menjadi tulisan. Ini
jangan dipagari dulu dengan teori ini dan itu. Berani dulu. Artinya, ini
tahapan yang belum selesai. Nah, setelah tulisan jadi, baru diedit. Itu dua hal
berbeda. Jika menulis itu diawali dari harus begini, harus begitu, maka jadinya
kayak mahasiswa yang menulis skripsi itu. Takut salah. Takut ini itu. Jadinya
ya nggak jadi-jadi.
Pertanyaan 25:
Ahmad Fatch, Bekasi
Assalamu'alaikum, Mohon maaf Prof Ngainun
Naim.
Dari penjelasan Prof, itu sepertinya
sangat mudah, tetapi kenyataan kita kesusahan untuk memulainya, bagaimana cara
menghilangkan rasa takut, dan malas pada diri kita?
Karena kebanyakan merasa takut tulisannya
jelek, takutnya tulisanya tidak ada yang baca, takut tulisannya tidak besumber,
mohon pencerahannya Prof! Terima kasih sebelum dan sesudahnya.
Jawab:
Awalnya dipaksa. Lawan ketakutan. Jika
tidak dipaksa, tetap tidak akan bisa. Bangun komitmen menulis setiap hari. Jika
mampu komitmen selama tiga bulan, nanti bisa menjadi tradisi. Selamat mencoba
Pertanyaan 26:
Sri Rejeki dari Yigyakarta
Mohon maaf mau bertanya, bagaimana agar ketika menulis kegiatan
sehari-hari atau peristiwa yang kita alami, bisa lebih berwarna dan tidak membosankan saat
dibaca. Terima kasih...
Jawab:
Harus banyak membaca, mengamati dan
menganalisis tulisan demi tulisan orang yang menulis hal-hal semacam ini.
Membaca itu amunisi menulis. Banyak membaca membuat imajinasi kita kaya.
Pilihan kosa kata bervariasi. Data biasa mampu diolah secara luar biasa.
Kuncinya memang sering latihan. Tidak ada yang langsung baik. Butuh terus
berlatih agar yang awalnya biasa menjadi luar biasa.
Pertanyaan 27:
Yulis Setya Ningsih dari Banyuwangi Jawa
Timur. Assalamu'alaikum, selamat malam Prof. Mohon ijin bertanya terkait dengan:
1. Menulis seri, atau cerita bersambung
apakah bisa?
2. Kisah nyata teman yang ingin diunggah
menjadi tulisan, bagaimana kita menjaga privasi dalam kisah nyata seseorang
yang ingin di sharingkan dalam bentuk tulisan. Terima kasih Prof...
Jawab:
Mohon maaf, saya tidak menguasai tema
semacam ini Mbak Yulis. Jadi saya tidak berani menjawab. Sekali lagi mohon
maaf.
Pertanyaan 28:
Sri Rahayu - Klaten
Kalau apa yang kita alami selalu
dituliskan apalagi di posting di medsos misal blog, apa plus minusnya Pak
Ngainun, ada kemungkinan menimbulkan komentar negatif juga (dikira sok eksis)
bagaimana menyikapinya, terima kasih
Jawab:
Semua yang kita lakukan lalu kita unggah
di media sosial itu pasti akan dinilai berbeda-beda. Tidak mungkin semua
menilai plus. Tulisan saya, misalnya, juga demikian. Sepanjang niat kita baik
dan isinya juga baik, Insyaallah bermanfaat jika diunggah di media sosial.
Pertanyaan 29:
Rosjida Ambawani - Ciamis.
Ingin bertanya:
Menulis hal-hal yang dialami dengan cara
ngemil apakah berlaku juga bagi kisah perjalanan atau rekreasi? Mengingat jika kita menuliskan kisah
perjalanan saat beberapa waktu sudah
selesai melakukan perjalanan tersebut maka nuansa/greget cerita kita kurang
terasa.
Bagaimana Prof?
Jawab:
(1) Saya sering menulis kisah perjalanan
secara ngemil.
https://www.spirit-literasi.id/2022/12/surabaya-sunan-bungkul-dan-jejak-ilmiah.html
Tulisan ini selesai dalam 4 hari. Bukan
tulisan yang panjang, tetapi saya memang menulisnya secara ngemil di sela
mengajar, menguji, review riset, dan banyak kegiatan lainnya. Soal menarik atau
tidak, greget atau tidak, ya itu memang kembali kepada kemauan kita untuk terus
mengasahnya. Namun ada juga yang selesai dalam sebuah perjalanan. Ini misalnya:
https://ngainun-naim.blogspot.com/2019/08/empat-keunikan-shalat-jumat-di-masjid.html
Lengkap dan sempurna bunda
BalasHapusinspirasiku
Matur nuwun bu
HapusMantul bun resumenya lengkap sangat
BalasHapusAlhamdulillah... semangat masih membara bu, he he he...
HapusAlhamdulillah... semangat masih membara bu
Hapus