FEBRUARI CERIA HARI KE-10 ASLI

 

BELAJAR MENULIS BUKU

           Awal saya berani menulis buku ber-ISBN, karena masuk dalam Asosiasi Guru Penulis Indonesia (AGUPENA) Wilayah Nusa Tenggara Timur. Dengan komandan Bapak Thomas Akaraya Sogen, S.Pd., MBA. Jujur di awal saya bergabung dalam organisasi tersebut, saya belum berani menyebut diri saya seorang penulis. Sebab mahkota seorang penulis itu adalah buku!.

        Rasa minder dalam hati, terus menyelimuti hati saya. Setiap ada teman bicara tentang tulis menulis. Saya diam mendengarkan saja. Boleh dikatakan saya bengong saja (dalam hati), berkecampuk rasa iri kepada pengurus yang semua ahli dalam dunia tulis menulis.

Apa kata dunia?!, bergabung dalam organisasi guru penulis tetapi saya tidak bisa menulis?. Saya tidak putus asa, setiap rapat pengurus saya selalu datang. Meskipun yang datang hanya itu-itu saja orangnya. Orang yang bisa menulis dalam organisasi tersebut. Ha ha ha...

Boleh dikatakan saya penggembira dalam organisasi tersebut. Jika mereka (para pengurus) diskusi tentang tulisan yang berhasil masuk koran (dalam bentuk opini), mereka saling diskusi dan berargumentasi. Jika yang satu membawa buku antologi/nuber (menulis bersama) mereka saling memuji.

Saya belum jadi apa-apa waktu itu (dalam dunia menulis buku ber-ISBN), tetapi saya rajin menulis di facebook. Apapun yang saya alami, saya tuliskan di facebook beserta foto yang berhubungan dengan kisah dalam tulisannya. Setiap rapat atau pertemuan yang dibahas tentang tulis menulis.

Tulisan yang dibahas adalah tulisan ilmiah, tulisan berbau pendidikan dan isu-isu yang menyertainya. Paling banyak dibahas adalah karya tulis ilmiah, seperti Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). Kurikulum 2013 dan implementasinya di lapangan.

AGUPENA NTT ketika itu menjadi cahaya dan harapan bagi para guru Nusa Tenggara Timur. Karena dalam ulang tahun pertama kami peluncuran jurnal ilmiah Pen@ Guru. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi NTT (Bapak Petrus Manuk), menyampaikan sambutan bahwa; “AGUPENA NTT menjadi cahaya dan harapan para guru untuk landing tulisan ilmiah guru-guru Nusa Tenggara Timur”.

Berita koran tentang kegiatan AGUPENA NTT diliput oleh semua media di kota Kupang. Berita itu menjadi AGUPENA NTT bersinar terang, cahayanya sampai ke pelosok desa. Jurnal Pendidikan milik AGUPENA NTT menjadi harapan semua guru di Nusa Tenggara Timur.

Karena berita tersebut, banyak guru mulai tidak aktif berorganisasi. Satu-satu teman pengurus berguguran dan tidak hadir ke pertemuan/rapat pengurus. Tetapi jika ada kegiatan mereka hadir semuanya, tetap yang dibahas tentang dunia menulis. Saya datangi satu persatu teman yang tidak hadir rapat panitia.

Ayo datang kita akan ada kegiatan kepanitiaan hari besar kita. Biasanya hari Pendidikan atau hari Guru, dan hari ulang tahun organisasi AGUPENA NTT. Salah satu teman ketika saya datangi mengatakan, “Bunda maaf saya tidak bergabung lagi”. Lho ada apa?... kata saya ketika itu. “Saya sedang fokus pada bisnis saya Bunda”, jawab teman tersebut.

Rupanya mereka bergabung dalam organisasi untuk mencari anggota yang bisa diajak bekerjasama untuk membangun jaringan bisnis Multi Level Marketing (MLM). Saya kaget sekali, ternyata ada orang cerdas mencari peluang dengan bergabung dalam komunitas guru penulis untuk mengembangkan jaringan bisnisnya.

Tidak patah semangat, saya terus melaju bersama roda sepeda motor mengunjungi rumah teman-teman dalam organisasi AGUPENA NTT. Setiap pulang sekolah, jika mereka masih di sekolah saya gas sepeda motor ke sekolahnya.

Kegiatan tersebut saya lakukan hampir setiap hari, agar teman-teman mau bergabung lagi bersama AGUPENA NTT. Kali ini yang saya dengar, “Mereka tak mau bergabung atau enggan bersama AGUPENA NTT, karena minder tak bisa menulis”.

Sama seperti saya dulu awal bergabung dengan AGUPENA NTT. Kata mereka, “Apa kata dunia, pengurus AGUPENA (Asosiasi Guru Penulis Indonesia), tetapi tak bisa menulis?”.  Saya sampaikan; “Santai saja, saya juga tak bisa menulis”, lalu kami tertawa terbahak-bahak.

Lucu sekali tingkah kami ketika itu, mentertawakan diri sendiri yang tidak bisa menulis!. Saya tidak berhenti untuk belajar. Saya terus menulis dan menulis. Menulis apa saja yang saya dengar, saya lihat dalam facebook saja. Sampai pada akhirnya ketua AGUPENA NTT, menyarankan menulis buku dari kisah inspirasi yang ada di facebook.

Saya masih tidak percaya, bahwa itu bisa dilakukan. Dalam pikiran saya, menulis itu menulis opini, berita di koran yang berhubungan dengan pendidikan. Dan menulis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sebab yang saya dengar, yang saya ikuti dari diskusi pengurus AGUPENA NTT seputar hal itu.

Jadi menulis buku yang ber-ISBN juga pasti yang seperti itu (karya ilmiah, ilmu pendidikan, dan sejenisnya). Tidak terpikirkan sedikitpun bahwa menulis buku bisa dari kisah kita sehari-hari, sebab saya merasa bukan apa-apa ketika itu, dan bukan siapa-siapa. Juga bukan anak seorang raja ataupun ulama besar!.

Why not?”, jawab Bapak Thomas yang juga pengawas bahasa Inggris pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Kupang. Ketika saya ragu-ragu kisah saya dalam facebook harus di buat buku ber-ISBN!. “Tulisan bunda di facebook bagus-bagus, narasinya tersusun dengan apik”. Itu alasan beliau memberikan motivasi saya untuk menulis buku.

Tanpa pikir panjang, saya mulai mengumpulkan tulisan-tulisan saya dalam facebook. Saya gabung jadi satu, hingga terkumpul menjadi buku “GURU adalah INSPIRASI Serial PELITA KAMPUNG BETA Jejak Juang Guru Desa Di NTT”.

Inilah langkah awal saya menulis buku, hingga saat ini buku itu menjadi buku best seller dengan cetak awal seribu buku!. Saya biayai sendiri, dengan bermodalkan pinjam koperasi di kota Kupang. Sebanyak Rp. 32.000.000,- (Tiga puluh dua juta rupiah).

Kini buku ini sudah menjadi “Buku Best Seller

 

Pinjaman itu saya bayar dengan hasil penjualan buku. Saya promosikan kepada teman-teman melalui facebook, dan kepala sekolah di kota Kupang serta pejabat kota Kupang juga provinsi Nusa Tenggara Timur yang saya jumpai pada kegiatan organisasi saya.

Alhamdulillah pinjaman itu lunas dan saya mendapatkan keuntungan yang berlipat-lipat. Serta banyak pengalaman menjadi narasumber menulis kisah inspirasi, juga menulis semudah telur. Hal ini berdasarkan pengalaman saya menulis buku, memang semudah ceplok telur. Ha ha ha...

Buku terjual habis, saya cetak lagi sedikit-sedikit. Saya terus promosikan buku itu hingga saat ini. Alhamdulilah telah ribuan buku tercetak dan terjual ke seluruh Indonesia, juga ke berbagai belahan dunia melalui media sosial WhatsApp dan facebook saya Lilis Sutikno (Mbak Pipin). Kini buku pertama saya telah menjadi buku Best Seller, Alhamdulillah, Subhanallah, Allahu Akbar...

 

 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

SUAMI DAN KERIDHOANNYA (K.H. Maimun Zubair)

KATA SAMBUTAN ANTOLOGI CERPEN

PROFIL IBU GURU CANTIK