PERTEMUAN KE-12 KBMN ANGKATAN 28 PB. PGRI
PROOFREADING SEBELUM MENERBITKAN TULISAN
Bunga sekuntum Mekar berseri,
Disunting gadis dari Betawi,
Assalamu Alaikum pegiat literasi,
Salam jumpa dengan Bu ewi.
* * *
Pantun cantik dari Bu Ewi
anggilan akrab Ibu Helwiyah alumni KBMN gelombang 20 ini mengirimkan bersama
flayer kegiatan malam ini. Tepat pukul 19.00 WIB, ibu Ewi menyapa kami semua, dan
membuka kelas dengan kalimat yang panjang.
Apa kabar bapak ibu
pegiat Literasi Nusantara (PLN) diseluruh Indonesia......?, Semoga semua
sehat-sehat, bahagia dan tetap semangat. Izinkan Saya Bu Helwiyah biasa disapa
Bu Ewi untuk membersamai bapak ibu semua dalam pertemuan ke 12 dari 30
pertemuan kelas Belajar Menulis angkatan
28. Saya alumni angkatan 20. Bersama pak Dail dan Jeng Raliyanti. Semoga malam
ini menjadi malam yang menginspirasi untuk memotivasi diri mewujudkan mimpi menjadi penulis sejati... Bagi pemikir,
buah fikirnya hanya akan bersemayam dalam fikiran jika tak diucapkan dan
ditulis. Bagi pembicara, pembicaraannya hanya akan menguap lewat suara bila tak
dituliskan. Bagi penulis, tulisannya akan tersimpan dalam catatan jika tak
dipublikasikan. Bagi penulis media, tulisnnya akan tertimpa materi tulisan lain
jika tak dibukukan. Maka, ucapkan dan tuliskan yang ada dalam fikiran. Publikasikan
dan bukukan apa yang sudah ditulis, agar banyak orang yang dapat membacanya. Abadi
dalam bentuk kumpulan buah fikiran yang
tertulis dan tersusun rapi dalam sebuah buku. Bagaimana caranya? Sahabat pegiat
literasi sekarang sudah berada di tempat yang tepat.
Seperti biasa kuliah
online kita akan terbagi menjadi 4 sessi pada pukul 19.00 - 21.00
1.
Pembukaan
2.
Paparan materi
3.
Tanya jawab
4.
Penutup
Sekedar berkenalan dengan narsum kita
malam ini. Untuk mengenal seseorang lebih jauh, bisa kita kenali lewat
tulisannya. Saya kiriman salah satu tulisan di blog beliau, tulisan yang renyah namun sarat
makna. https://blogsusanto.com/kalimatmu-kepanjangan/
Materi
malam ini adalah "Proofreading sebelum Menerbitkan Tulisan”. Apa itu
proofreading?... Mari kita sambut dengan meriah Nara sumber kita yang biasa
kami sapa Pak D. Beliau alumni kelas BM Gelombang 15, berapa bulan setelah
Indonesia dinyatakan Pandemi Covid-19. Alhamdulillaah lulus dan ini buku resume
yang saya terbitkan untuk "mendapat" sertifikat pelatihan.
Lalu pada Gelombang 19
kalau tidak salah, saya diajak untuk mengisi materi yang 'membosankan ini he he
he he... Ya, karena resumenya sudah ada. Peserta malam ini juga pasti bisa ya?
Nah KBMN 28 adalah tantangan buat saya agar materi kita ini, terutama bagi
teman-teman yang ikut gelombang sebelumnya, tidak membosankan 🙂 Sehingga
resumenya tampil dalam bentuk lain.
Jika ingin mengetahui apa, mengapa, bagaimana proofreading,
saya mengambil satu di antara resume yang saya dokumentasikan, di sini alamat
blog nya: https://ahmadfatch.blogspot.com/2022/09/belajar-cara-menulis-pgri-gelombang-ke_19.html?m=0
Izin Pak Fatch,
Kompasianer aktif, saya bagikan link blog Anda sebagai rujukan. Kali ini kita
akan praktik aja deh agar tulisan kita minim kesalahan, jika tidak bisa sempurna
100%.
Jika "teori" melalui resume pak Fatch sudah kita ketahui, lalu tiba saatnya kita praktik.
Setelah tulisan 'jadi'
langkah selanjutnya adalah melakukan swasunting atau padanannya barangkali self editing, ya?. Setelah menulis
diendapkan dulu, dan yang penting adalah jangan setelah tanda titik terahhir
pada tulisan kita lalu kita kirimkan.
Sebagaimana pada gambar,
proses menulis pasti melewati 3 hal seperti gambar diatas, pada kegiatan
proofreading letaknya sesudah tulisannya jadi, jangan melakukan proofreading
ketika tulisan masih setengah jalan, karena kemungkinan besar tulisan itu tidak
jadi atau setengah jalan (tidak jadi).
Pada kegiatan
proofreading yang kita lakukan adalah memeriksa konten, tata bahasa, kosa kata,
kaidah-kaidah sesuai dengan kaidah bahasa kita.
Alat yang digunakan untuk
membantu kita melakukan proofreading, tentu saja KBBI dan PUEBI yang sejak 16
Agustus 2022 diganti dengan EYD.
Ketetapan itu merujuk
pada Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek
Nomor 0424/I/BS.00.01/2022 tentang Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Ada
beberapa perubahan misalnya:
1. Perubahan kaidah, yaitu pengkhususan penulisan bentuk
terikat maha- untuk kata yang berkaitan dengan Tuhan.
Pada ejaan sebelumnya, aturan penulisan kata terikat maha- ada yang dipisah dan
digabung sesuai syarat dan ketentuannya.
Sementara pada EYD edisi V, aturan penulisan kata
terikat maha- dengan kata dasar atau kata berimbuhan yang mengacu pada nama
atau sifat Tuhan, semua ditulis terpisah dengan huruf awal kapital sebagai
pengkhususan.
Contohnya: Yang Maha Esa, Yang Maha Pengasih, Tuhan Yang Maha Pengampun.
Aturan penggunaan tanda baca, sepertinya
tidak ada perubahan
Silahkan menuju
laman: https://ejaan.kemdikbud.go.id/
berdampingan dengan KBBI untuk melakukan proofreading tulisan kita.
Pak D, memiliki contoh
paragraf yang saya ambil dari laman kompasiana, tangkapan layar dilakukan baru
saja, untuk Anda perbaiki. Lalu, kirimkan kepada saya, jika banyak yang benar,
saya akan undi dan akan mendapat hadiah buku, di dalamnya ada tips menulis
dialog dalam tulisan fiksi seperti cerpen. Bukunya karya bersama para blogger
sebagai berikut.
SESI
TANYA JAWAB
Pertanyaan 1:
Evridus Mangung - Peserta KBMN 21. Asal
Nusa Tenggara Timur
1.
Apa bisa dibenarkan menulis sebuah kalimat
tanpa mengulangi subjeknya. Misalnya: Lelaki ditemani senja. Menatap mega tanpa
kata.
2.
Didalam pemaparan tentang gambar
swasunting disebutkan salah satu aplikasi atau editing tools. Jujur, saya baru
mendengar aplikasi ini. Pertanyaan saya, apakah aplikasi ini bisa didownloload?
Jika ya, bolehkah dishare linknya atau apakah ada di playstore? Terima kasih.
Jawab:
Waow, Pak Ev, penulis kawakan, terima
kasih pertanyaannya. Salam juga untuk Bapak.
1.
Untuk puisi, tiada salahnya, Bapak. Untuk
esai, masukkan ke dalam kalimat majemuk. Saya pun baru nemu, Pa. Ha ha ha. Satu
di antara 'tools' itu adalah Google Docs: https://www.youtube.com/watch?v=tZZgrv5-JXo
2.
Ini sumbernya, bisa Bapak eksploreasi ya,
Pak. Mahal sih https://www.techtoolsforwriters.com/hemingway-app-a-proofreading-tool-for-writers/
Pertanyaan 2:
Imro'atus Sholihah, Jombang-Jawa Timur
Selama ini mungkin kita lebih akrab dengan
kata editing.
Apa perbedaannya dengan Proofreading?
Kemudian lebih penting mana antara editing
atau proofreading?
Setahu saya di sebuah buku yang dituliskan
adalah editor bukan Proofreader.
Berikutnya
Ada tulisan ilmiah dan non-ilmiah, ada
fiksi dan non-fiksi
Bagaimana melakukan proofreading terhadap
tulisan tersebut yang tentunya berbeda?
Jawab:
Kelihatannya sama, ya? Benar di buku yang
ditulis adalah Editor, bukan proofreader. Tentu dengan alasan ya, Bu.
Saya kutip dari laman
uptbahasa.untan.ac.id
Proofreading
adalah proses peninjauan kembali sebuah teks, dilihat dari aspek kebahasaan dan
penulisannya. Tujuannya adalah guna mengecek kembali bahwa teks atau esai yang
akan diserahkan sudah bebas dari kesalahan pengetikan (typo), kesalahan ejaan,
kesalahan grammar, atau kesalaha-kesalahan mendasar lainnya.
Editing, orangnya disebut editor,
memeriksa lebih dari itu. Untuk penerbit Mayor, semoga saya tidak salah, Editor
menyesuaikan dengan misi perusahaan penerbitan, standar tulisan.
Proofreader melakukan uji baca pada tulisan.
Kembali mengutip laman uptbahasa.untan.ac.id
>> dibeberapa jurnal,
mereka mewajibkan para penulis untuk mem-proofread artikel mereka terlebih
dahulu sebelum dikirim ke editor
untuk nonfiksi yang padat dan bersifat
teknis, akan membutuhkan waktu lebih lama untuk mengoreksi daripada yang lain
(fiksi). Namun, pada fiksi yang sarat dengan dialog tentu ada aturan-aturan
bagaimana menulis dialog dengan tanda baca yang benar. Ini ada dalam buku yang
hendak saya jadikan GA. Atau sementara kunjungi laman berikut. https://blogsusanto.com/belajar-langsung-praktik-menulis-cerpen-bagian-3-narasi-dan-dialog/
Pertanyaan
3:
Toto kota Bekasi
Salah satu "tugas" Proofreading
adalah memastikan tulisan itu "bisa diterima logika dan dipahami".
Permasalahannya, jika kita melakukan
proofreading atas tulisan kita sendiri, pastinya kita merasa semua sudah logis
dan dapat difahami.
Bagaimana menyiasati permasalahan ini?
Jawab:
Permasalahannya,
jika kita melakukan proofreading atas tulisan kita sendiri, pastinya kita
merasa semua sudah logis dan dapat difahami. Tidak akan
terjadi, jika tulisan di-ENDAPKAN dahulu.
Jika cara itu juga kita merasa seperti itu (semoga bukan karena egois ya
he he he, berikan kepada orang lain, meminta orang lain untuk membaca).
Analoginya, pemain bola akan fokus dan merasa sudah benar menggiring serta
menendang ke arah yang benar. Nyatanya, penonton di tribun kayak lebih tahu
harus ke mana tuh bola ditendang
Pertanyaan 4:
WiAgung Gunung Kidul Yogyakarta
Editor dan prooreader apa sama?
Jawab:
Pada saat tertentu sama, namun sebenarnya
berbeda, seperti yang saya jelaskan di atas.
Pertanyaan 5:
Ari Susanah dari SMP Negeri 5 Tambun
Selatan
Apakah proffreading ini sesuatu tahapan
wajib setelah kita melalui tahap editorial? Bukannya di layar komputer itu
susah ada tanda jika tulisan kita tidak sesuai KBBI ya?
Jawab:
Misalnya jika bahasa Inggris menggunakan
Grammarly ya, Bu?
Apakah proffreading ini sesuatu tahapan
wajib setelah kita melalui tahap editorial? Jawabnya, Iya. Kita menulis laptop
menggunakan keyboard, di tablet atau hape pun menggunakan keyboard. Mungkin
KBBI-nya tepat akan tetapi, karena tanpa sengaja tombol tertentu, misalnya
spasi, ikut tersentuh, melompat satu huruf dong. Misalnya begitu.
Pertanyaan
6:
Astri dari Bekasi
Kapankah kita melakukan proofreading?
Apakah pada saat menulis baru satu paragraf atau setelah tulisan selesai?
Terimakasih mohon pencerahannya Pak D Sus
Jawab:
Nah, ini dia pertanyaan yang saya tunggu.
Pada pesan suara sudah saya sampaikan tadi, he he he. JANGAN SEKALI-KALI MELAKUKAN PROOFREADING KETIKA TUILISAN BELUM SELESAI
ATAU BELUM JADI HINGGA PARAGRAF TERAKHIR. Begitu, pesannya.
Pertanyaan 7:
HR. Utami, Semarang,
Mohon penjelasan. Apakah urutan prosesnya
begini: writing, swasunting (mengedit sendiri), Editing, Proofreading, Cetak/ke
Penerbit, Publishing? Atau apakah setelah proses proofreading kembali lagi ke
penulis, kemudian langsung ke Penerbit atau setelah proses revising dari
penulis langsung ke Penerbit, dan Publish?.
Jawab:
Nah, ini kalau bukan Bung Bryan ya Cak
Inin yang berkompeten menjawab.
Pertanyaan 8:
Bu Utami,
Proses proofreading tentu sebelum naik
cetak ya. Coba saja, nanti jika buku kita akan naik cetak, naskah akan
diberikan kepada penulis kembali.
Jawab:
Bu Utami (ih namanya sama dengan nama anak
kedua saya) ini contoh pengalaman seorang penulis
https://yoriyuliandra.com/site/2019/07/11/pengalaman-menggunakan-proofreading-online-berbayar/
semoga Bu Utami memahami
Pertanyaan 9:
Hesti A, Makassar – Sulawesi Selatan
Untuk tugas tersebut apa hanya memberi
tanda baca atau boleh merubah tulisannya,.manambah atau mengurangi. Terima
kasih.
Jawab:
Intinya, agar tulisan mudah dipahami oleh
pembaca, Bu. Jika salah meletakkan tanda baca, ya diperbaiki. Jika strukturnya
keliru, konfirmasi dengan penulis: "Apa
yang Anda maksud dengan tulisan ini, Bu Hesty?"
Pertanyaan 10:
Farida Lisanti, dari Musi Rawas
Assalamu'alaikum Pakde. Saya sangat setuju
yang disampaikan Pakde bahwa melakukan proofreading sebelum menerbitkan tulisan👍👍
karena tulisan saya juga banyak typo/salah tik, sehingga menjadi tidak efektif.
Pertanyaan saya, selain typo adakah
ciri-ciri lain kalimat tidak efektif sehingga tulisan kita renyah dibaca?
Terima kasih
Jawab:
Hindari kesalahan minor yang
"mengganggu" kenyamanan pembaca.
Selain typo adakah ciri-ciri lain kalimat
tidak efektif sehingga tulisan kita renyah dibaca? Ada
Ya pedomani EYD untuk penggunaan tanda
baca dan tentu saja kosa kata. Kalau kalimatnya muter-muter dengan kosa kata
yang itu-itu saja, ya bosenin dan membuat kalimat tidak efektif.
Pertanyaan 11:
Indah Ratna - Banjarnegara
Assalamu'alaikum wr.wb... Salam kenal pak
Susanto
Materi bapak sangat menarik, dan saya jadi
nambah pengetahuannya... terima kasih bapak.
Saya ingin bertanya pak, “untuk melakukan
proofreading apa bisa kita lakukan seorang diri? Misal resume mengikuti
pelatihan menulis ini pak. Karena kadang saya merasa diburu dengan waktu agar
bisa segera kirim resume. Biar sudah plong kalau sudah ngirim, sehingga kadang saya tidak pernah
mengendapkan dulu, tapi lamgsung kirim. Nah kira-kira apa trik yang efisien
agar tulisan kita cepat terkoreksi dan cepat bisa dikirim”.
Terima kasih atas pencerahannya bapak.
Jawab:
Bu Indah Ratna - Banjarnegara (Bu de saya
di Kuta Banjar) dekat alun-alaun belakang SMP Negeri 1. Terima kasih
pertanyaannya. Salam kenal kembali.
Untuk kepentingan pengiriman resume,
kadang diburu oleh waktu. Namun, sesudahnya bisa diedit kembali atau diperbarui
kok tulisan di blog. Kita bicara lebih banyak untuk tulisan lain selain tugas
meresume, misalnya nanti jika kita akan menyatukannya menjadi buku, maka naskah
kita selesaikan, sesudah itu, lakukan proofreading sebagaimana sudah dijelaskan
langkahnya. Semoga berkenan
Pertanyaan 12:
Yulis, Banyuwangi Jawa Timur
Assalamu'alaikum.. Yulis, Banyuwangi ijin
bertanya pak.. Saya jujur sering terjadi hal ini, selalu ada kesalahan ketika
saya tinjau ulang dan hal ini sering karena ketergesaan ketika apa yang ingin
saya tuangkan biar tidak lewat begitu saja dan lupa, yang ingin saya
tanyakan... Bagaimana kita bisa fokus dan konsisten menulis lugas dan jelas
ketika kita dituntut untuk runtut menulis cerita, dan bagaimana kita menulis yang
baik dan benar namun tidak ingin terbebani perasaan apakah tulisan itu salah
atau tidak .
Jawab:
Ibu atau Bapak Yulis. Anda, penulis
sejati. Seharusnya begitu. Tulis saja hingga rampung. Benar, biar tidak lewat
begitu saja dan lupa. Ilmu menulis, diterapkan ketika menulis, misalnya satu
paragraf satu ide pokok. Selebihnya, memainkan kosa kata menjadi kalimat yang
enak dibaca (pinjam istilah Om Jay). Sedangkan tata bahasa, aturan EYD,
digunakan setelah tulisan selesai. Jadi, ya, jangan terbebani dengan perasaan.
Apalagi rasa bersalah. Ah, emang salah sama siapa, he he he. Semoga menambah
semangat.
Pertanyaan 13:
Candra dari DKI. Jakarta
Aapakah penulis-penulis dulu itu memakai
proofreading dalam membuat tulisanya, bagaimana kita yang mempuyai keterbatasan
dalam hal sarana prasarana untuk Aplikasi yang pak Sus paparkan tadi?
Jawab:
Jangan dikira peneulis-penulis dahulu
tidak melakukan proofreading. Naskah proklamasi juga ada coretannya, tanda
dilakukan uji baca atau yang disebut dengan proofreading.
Bagaimana kita yang mempuyai keterbatasan
dalam hal sarana prasarana untuk Aplikasi . Secara manual saja, diprint
(dicetak) lalu dibaca ulang, tandai dengan tinta berwarna, misalnya merah atau
biru. Semoga tercerahkan dan bersemangat ya, Pak.
Ibu Helwiyah moderator
malam ini, menutup pertanyaan teman-teman dengan mengucapkan Alhamdulillah,
tuntas. Terima.kasih pak De Susanto atas waktu, Ilmu dan pencerahannnya.
Silahkan untuk menyampaikan closing statement, malam ini Pak De.
Pak De menyampaiakn
kesimpulan akhir pembelajaran malam ini, “Masya Allah, dari sekian kali saya
mengisi materi ini, kali ini antusias Bapak dan Ibu luar biasa. Saya pernah
menunggu lama (tidak ada yang bertanya) dan mengetik seperlunya. Lha ini, Waow
.... sampai seperti keriting jemari saya di papan ketik eksternal laptop saya. Sekali
lagi, terima kasih mari kita simak pantun dari saya untuk peserta KBMN angkatan
28.
Berbaris-baris
dahulu,
Memanjat
dinding kemudian,
Nulis-nulis
saja dahulu,
Lakukan
proofreading belakangan.
Ucapan terima kasih dari moderator kepada narasumber. “Semoga Pak D Susanto selalu sehat, semangat dan terus berkarya sehingga dapat berbagi mengalirkan ilmu sehingga berkah ....aamiin... Allahuma’aamiin.... Alhamdulillahi robbil 'alamiin...
Komentar
Posting Komentar