PERTEMUAN KE-7 KBMN PB. PGRI
MENGATASI WRITER’S BLOCK
Pernah merasa tidak ada mood menulis?? Hilang ide,
terhenti ditengah jalan. Waah jangan-jangan terkena virus WB tuuh.. Apaan itu
yaa.. Apa menular?, bagaimana menanganinya?? Yuk kepoin di kelas KBMN malam
ini. Dan temukan jawabannya hanya di kelas malam ini. 🖐🏻🖐🏻🖐🏻 see you...
* * *
Iklan
berupa flayer ini nampak di WhatsApp group KBMN angkatan 28 pada hari Senin, 23
Januari 2023 pukul 10.13 WIB. Ibu Ditta wanita Sunda yang lemah lembut dan ayu
serta cerdas luar biasa. Saya berulang kali meminta ibu Ditta membantu menjadi
narasumber di Nusa Tenggara Timur. Dalam kelas menulis inspirasi bersama
AGUPENA (Asosiasi Guru Penulis Indonesia) Wilayah NTT.
Moderator malam ini adalah Ibu Raliyanti, S.Sos., M.Pd. Ibu guru cantik ini menyapa kami dengan mengingatkan materi kemaren yang luar biasa. “Masih terasa euforia pertemuan sebelumnya. Tantangan menulis dari Prof Eko yang menggoda. Semoga buku bisa terwujud nyata. Tanpa ada Writer's Block yang melanda. Semoga kita semua selalu dalam keadaan sehat wal'afiat, diberikan kemudahan dan dilancarkan urusan kita agar bisa menginspirasi dengan berbagi ilmu yang bermanfaat.. Aamiin.
Selanjutnya
Ibu Raliyanti mengajak kita semua berdoa, “Marilah kita buka kegiatan malam ini
dengan sejenak menundukkan kepala, bermunajat... agar ilmu yang didapat malam
hari ini bermanfaat dan berkah utk kita semua”. Dan dilanjutkan menyampaikan agenda
kegiatan malam ini:
1. Pembukaan
2. Paparan Materi
3. Tanya Jawab
4. Penutup
Dan untuk tanya jawab nanti bisa langsung
japri saya (Moderator) di nomor: 08158646xxxx.
Ibu
Rali adalah alumni KBMN gelombang 20 bersama Pak Dail dan bu Helwiyah. Kata
beliau: “Alhamdulillah... dengan rutin mengikuti kegiatan, mensupport diri untuk
terus menyelesaikan resume on time, saling blog walking memberi semangat
(sejatinya saya menyemangati diri saya sendiri) kemudian akhirnya... saya pun
dinyatakan lulus karena jumlah resumenya
sesuai kategori dan saya juga berhasil memiliki buku karya sendiri”.
Buku pertama Ibu
Raliyanti berjudul "Wujudkan Mimpi Terbitkan Buku" kemudian di tahun
berikutnya lahir buku solo yang kedua dengan judul "Guru di Era
Digital". Selain itu, ada 17 judul buku antologi yang moderator miliki
baik fiksi mau pun nonfiksi.
Ibu Raliyanti memberikan
semangat kepada kita semua, bahwa: “Semua ini terwujud karena saya punya mimpi,
termotivasi karena komunitas ini dan mendapat support serta ilmu dari
narasumber hebat yang ikhlas berbagi tanpa pamrih. Masyaallah...” 💕💕💕💕
Teriring doa tulus dari
Ibu Raliyanti kepada semua peserta, “Semoga bapak ibu yang belum punya buku
nanti dapat segera menyusul, bisa punya buku karya sendiri. Dan mungkin di grup
ini juga sudah ada yang punya buku... semoga tetap terus berkarya dan jangan
berhenti begitu saja”
Selanjutnya moderator
memperkenalkan diri narasumber malam ini. Seorang ibu muda yang geulis, smart,
baik hati dan tidak sombong. Seorang guru dengan prestasi-prestasinya yang luar
biasa. Silakan dilihat dulu profil narsum kita malam ini di sini:
https://dittawidyautami.blogspot.com/p/profil.html?m=1
Beliau adalah Ibu Ditta Widya Utami, S.Pd.,
Gr., Seorang guru berprestasi dan sangat menginspirasi. Insyaallah bu Ditta
sudah siap menyapa dan memberikan materi malam ini yang bertema "Mengatasi
Writer's Block"
Ibu Ditta membuka
percakapan dengan memberikan pujian kepada kami semua. “Bunda Rali, kalau boleh
jujur, saya sangat senang melihat semangat Ibu Bapak dalam KBMN Gelombang
ke-28. Hal ini terbukti dari resume yang dihasilkan dari setiap pertemuan.
Jumlah yang menulis resume di grup ini jauh lebih banyak dari angkatan kami.
Tulisan tulisannya juga sudah bagus-bagus”.
Dengan rendah hati, Ibu
Ditta mohon ijin, “Malam ini berbagi tentang pengalaman menulisnya yang
nantinya insya Allah berkaitan dengan tema”. Bu Ditta memiliki akun di Kompasiana Ditta dan Blogspot Ditta: https://www.kompasiana.com/ditta13718
, https://dittawidyautami.blogspot.com
Ibu Ditta mulai perkenalkan
diri nama Ditta Widya Utami. Saya juga alumni kelas menulis yang kini bernama
KBMN. Tepatnya alumni Gelombang Ke-7. Siapa pun yang ingin menjadi penulis
andal, maka harus siap dengan prosesnya. Tak bisa instan tentu. Diperlukan jam
terbang yang cukup banyak agar bisa menjadi seperti Omjay, Bunda Kanjeng, Pak
Dail, Bunda Aam, Bu Rali, Mr. Bams, Prof. Eko, dan lainnya yang tak bisa saya
sebut satu per satu.
Kata Bu Ditta, “Saya
sendiri sudah senang membaca buku-buku cerita sejak kecil (sebelum SD). Senang
menulis sejak di sekolah dasar (dalam buku diary). Lalu ... saat SMP, sering
mengirim tulisan ke mading sekolah dan pernah menulis cerita di buku tulis yang
dibaca bergiliran oleh teman-teman”.
Atas arahan guru Bahasa Inggris
saat itu, ibu Ditta juga menulis diary dalam bahasa Inggris. Ketika SMA, ibu
Ditta masih tetap menulis diary. Beberapa teman dekat yang membaca diary-nya
sempat berkomentar bahwa tulisan beliau sudah seperti novel.
Namanya anak remaja,
banyak emosi yang dituangkan dalam catatan Ditta remaja. Namun belakangan, Ibu
Ditta baru tahu bahwa menulis apa pun yang kita rasakan bisa menjadi “self
healing” yang baik.
Bahkan saat ini, beberapa
psikolog ada yang menyarankan kepada para pasiennya untuk menulis sebagai salah
satu cara mengatasi depresi dan sebagainya. Rupanya kebiasaan menulis tersebut
memberi banyak manfaat. Misalnya ketika kuliah, ibu Ditta pernah membuat buku
Petualangan Kimia bersama rekannya dan diikutsertakan dalam Lomba Kreativitas
Mahasiswa di Jurusan. Alhamdulillah meraih posisi kedua.
Di saat kuliah juga, bu
Ditta menulis proposal bersama teman-teman dan kami berhasil mendapat dana
hibah untuk asosiasi profesi dari Dikti hingga 40 juta. Di tahun 2009-2010
jumlah tersebut tentu sangat besar.
Awal masuk dunia kerja,
bisa dibilang saya cukup vakum menulis. Mengajar di “boarding school” dengan aktivitas
yang padat membuatnya mengambil jeda sejenak dalam dunia kepenulisan. Hingga
akhirnya di awal masa pandemi, saya mengikuti kelas menulis bersama PGRI dan
masuk di angkatan ke-7.
Narasumber sangat
bersyukur, karena berawal dari arahan untuk membuat resume, saya kemudian
kembali aktif menulis di blog. Bahkan berkesempatan menulis bersama Prof. Eko.
Alhamdulillah menjadi 1 di antara 9 orang (angkatan pertama tantangan Prof.
Eko) yang bukunya terbit di penerbit mayor.
Karena terbiasa menulis
juga, alhamdulillah bu Ditta bisa menyelesaikan esai di seleksi Calon Pengajar
Praktik Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 3 dan lulus. Alhamdulillah saat ini
sedang bertugas lagi di Angkatan 6.
Ibu dan Bapak hebat
dimana pun Anda berada, kita yang tergabung dalam grup ini tentu sepakat bahwa “menulis”
memiliki banyak manfaat (disadari/tidak). Ada yang menulis karena hobi,
kebutuhan, tuntutan profesi, dan lain sebagainya. Apa pun alasannya, aktivitas
menulis memang tak bisa lepas dari kita sebagai makhluk yang berbahasa dan
berbudaya.
Ibu Ditta menyampaikan: “Apakah
kaitannya cerita di atas dengan “writer's
block?”. Pertama, mari kita samakan persepsi bahwa aktivitas menulis itu
maknanya luas. Sebagaimana dalam kisah di awal, ada tulisan pribadi dalam
bentuk diary, ada karya tulis ilmiah, ada cerpen, artikel, resume, dan sebagainya.
Menulis
adalah kata kerja yang hasilnya bisa
sangat beragam. Oleh karena itu tak hanya novelis,
cerpenis, jurnalis atau blogger, namun ada juga copywriter yang
tulisannya mengajak orang untuk membeli produk, ada content writer yang
bertugas membuat tulisan profesional di website,
ada script
writer penulis naskah film/sinetron, ada ghost writer, techincal writer,
hingga UX writer, dan lain-lain.
Faktanya, penulis-penulis
tersebut masih bisa terserang virus WB alias Writer's Block. Tak
peduli tua atau muda, profesional atau belum, WB bisa menyerang siapa pun yang
masuk dalam dunia kepenulisan.
Oleh karena itu, penting
bagi seorang penulis untuk mengenali WB dan cara mengatasinya. Karena ... WB
ini bisa menjangkit dalam hitungan detik, menit, hari, minggu, bulan, bahkan
tahunan. Tergantung seberapa cepat kita menyadari dan mengatasinya.
Sederhananya, WB adalah
kondisi dimana kita mengalami kebuntuan menulis. Tak lagi produktif atau
berkurang kemampuan menulisnya. Hal ini bisa terjadi dengan disadari atau pun
tidak.
Istilah writer's block sebenarnya sudah ada
sejak tahun 1940-an. Diperkenalkan pertama kali oleh Edmund Bergler, seorang
psikoanalis di Amerika. Berkaca dari pengalaman, WB ini bisa terjadi berulang.
Me-reinfeksi kita sebagai penulis.
Itulah mengapa saya
katakan WB ini sebagai "virus" yang sesekali bisa aktif bila
kondisinya memungkinkan. Ibarat penyakit, tentu akan lebih mudah disembuhkan
bila kita mengetahui faktor penyebabnya, bukan? Begitu pula dengan WB. Agar
bisa terhindar atau segera terlepas dari WB, maka kita perlu mengenali
penyebabnya.
Berikut adalah beberapa
hal yang dapat mengakibatkan WB: Mencoba
metode/topik baru dalam menulis sebenarnya bisa menjadi penyebab sekaligus
obat untuk WB. Misal ketika jadi penyebab: “Ada orang yang senang menulis
cerpen atau puisi. Kemudian tiba-tiba harus menulis KTI yang tentu saja
memiliki struktur dan metode penulisan yang berbeda. Bila tak lekas
beradaptasi, bisa jadi kita malah terserang WB”.
Lalu bagaimana ini bisa
menjadi salah satu obat WB? Jawabannya akan berkaitan dengan faktor penyebab WB
yang kedua dan ketiga. Dalam Kamus Psikologi, stres diartikan sebagai ketegangan, tekanan, tekanan batin,
tegangan dan konflik.
Lelah
fisik/mental akibat aktivitas harian yang padat juga
dapat memicu stress. Pada akhirnya, jangankan menulis, kita bisa merasa jenuh
dan suntuk. Terserang WB deh. Maka, mencoba
hal baru dalam menulis bisa jadi alternatif solusi. Mempelajari hal-hal
baru yang berbeda dengan sebelumnya pasti menyenangkan.
Beberapa teman dan ibu
Ditta sendiri terkadang memilih untuk sejenak rehat dan melakukan hal yang
disukai untuk refreshing. Membaca
buku-buku ringan untuk cemilan otak juga bisa jadi solusi mengatasi WB. Biar
bagaimanapun, WB bisa terjadi karena kita belum bisa mengekspresikan ide dalam
bentuk kata.
Dengan membaca, kita bisa
menambah kosa kata. Pada akhirnya, jika diteruskan insya Allah bisa sekaligus
mengatasi WB. Terakhir yang bisa menyebabkan WB adalah terlalu perfeksionis.
Ibu Bapak hebat, masih
ingat kisah bu Ditta menulis diary berbahasa Inggris yang di ceritakan di awal?
Kata Bu Ditta, “Jika saya membuka kembali diary berbahasa Inggris yang saya
tulis saat duduk di kelas 2 SMP, saya akan tersenyum bahkan tertawa sendiri. Bagaimana
tidak?”.
Grammar nya saja banyak
yang tidak sesuai, tapi bu Ditta tetap PD menulis, tak hanya satu, ada dua atau
tiga diary. Tetapi, justru itulah salah satu kunci menghadapi WB. Bila saat itu
bu Ditta terlalu perfeksionis, terlalu memikirkan apakah tulisan itu sudah
sesuai kaidah atau belum, niscaya diary berbahasa Inggris itu tidak akan pernah
rampung.
Kondisi menulis dimana
kita tidak memikirkan salah eja, salah ketik, koherensi dan sebagainya. Ternyata
dalam dunia psikologi dikenal dengan istilah free writing atau menulis
bebas.
Nah, jadi siapa di sini
yang masih khawatir tulisannya tidak dibaca? Khawatir dinyinyir orang? Khawatir
dikritik ahli? Khawatir tulisannya nggak bagus? Dan masiiih banyak kekhawatiran
lainnya?.
Yuk, dicoba menulis bebas
untuk mengatasi salah satu penyebab WB-nya. Bukankah tulisan yang buruk jauh
lebih baik daripada tulisan yang tidak selesai?. So, ayooo semangattt menulisss ...
Nah Bunda Rali,
sepertinya dari saya cukup segitu. Selanjutnya kelas dilanjutkan sesi tanya
jawab. Penulis karena tertinggal membuat resume, maka dalam pertemuan ini tak
banyak yang akan ditampilkan pertanyaan dari peserta.
SESI
TANYA JAWAB
Pertanyaan 1:
Assalamulaikum bu Ditta salam kenal saya
Nurhasnah dari UPT SMP Negeri 2 Tigaraksa ibu aktivitas Pengajar Praktik angkatan
3 dan 6 artinya ibu jadi Pengajar Praktik 2 kali. Benarkah? Bukannya hanya satu
kali di bolehkan. Keren banget bu. Apa tips ibu menulis dalam bahasa inggris. Sementra jurusan ibu
IPA. Thanks
Jawab:
Wa 'alaikum salam Bu Nurhasanah. Betul,
saya dan teman-teman di Subang ditugaskan dua kali. Hal ini sesuai surat edaran
dari Kemdikbud yang intinya bila pernah menyelenggarakan PGP, maka Pengajar Praktik
diambil dari angkatan sebelumnya, jika kurang akan ditambah dengan Pengajar Praktik
baru dengan seleksi reguler.
Terkait bahasa Inggris, saat SMP saya dan
3 sahabat lain ikut les privat Bun tapi gurunya berbeda dengan guru Bahasa
Inggris yang meminta saya menulis diary berbahasa Inggris.
Saya selalu ingat yang disampaikan oleh
guru saya, bahwa belajar bahasa Inggris itu, tak bisa hanya bicara. Perlu
dilatih pula kemampuan mendengar dan menulis dalam bahasa Inggris. Yah,
sebagaimana Tes TOEFL dan semacamnya. Kan tidak hanya kemampuan reading saja
yang dites. Hehehe... Tips nya sederhana, just do it.
Orang Inggris asli pun tidak selalu
terpaku pada grammar kok. Nah kita menulis di chat pun kan tidak melulu
menggunakan SPOK toh?
Mereka pun sama, yang penting, kita
ngomong/nulis mereka paham, dan mereka ngomong/nulis dan kita paham. That's it. Ini kata master bahasa
Inggris saya. Hehehe... So, PD saja
Bund.
Kalau masih khawatir kan sekarang hidup
sudah semakin mudah, bisa dibantu dicek oleh teman atau oleh Mbah Google.
Pertanyaan 2:
Mugiarni dari Kabupaten Tangerang. Salam
kenal bu.
almarhum suami saya juga dari Subang. (Kalijati)
👏👏
1. Bagaimana cara memulai untuk
memperkenalkan budaya digital pada anak SD.
2. Mengingat sekolah tempat saya mengajar
bukan kategori lingkungan yang baik. Orang tua murid cenderung mengatur guru,
sementara dg kondisi mereka yang berpengetahuan level bawah ?
Terimakasih
Jawab:
Salam kenal juga Bunda. Wah, Kalijati
dekat dari rumah. Sekitar 20 menitan saja. Tangerang juga dekat. Hehehe... https://www.kompasiana.com/amp/ditta13718/62f536faa51c6f7f06629172/literasi-digital-kemkominfo-bagian-1-literasi-dan-budaya-digital
Untuk menjawab pertanyaan pertama, artikel
yang pernah saya buat mungkin bisa sedikit menambah wawasan kita terkait Budaya
Digital.
Tulisan tersebut saya buat setelah
mengikuti mengikuti Literasi Digital Sektor Pemerintahan Daerah Jawa Barat
Tahun 2022 (BPSDM) Batch 5 Bertema Literasi Digital yang diselenggarakan oleh
Pemberdayaan Kapasitas Teknologi Digital Kementerian Kominfo.
Selanjutnya bisa juga membaca Bagian Kedua
tentang Etika Digital:
Untuk yang nomor dua, saya jadi teringat
dengan pengalaman salah satu Guru Penggerak di Angkatan 3. Beliau juga kurang
lebih mengalami hal yang sama.
Salah satu kuncinya ada di komunikasi. Guru Penggerak saya menemui
tokoh dari kelompok yang anti terhadap sekolah. Tidak sekedar tatap muka di
sekolah, Guru Penggerak saya bahkan datang langsung ke rumah beliau.
Alhamdulillah hasilnya positif, malah tokoh tersebut jadi curhat terkait
hal-hal yang membuatnya anti pada sekolah.
Mungkin bisa dicoba juga Bun.
Sampaikan dengan niat yang baik dan tulus
dari hati. Karena apa yang disampaikan dari hati, akan sampai ke hati pula 😊
Semoga bisa membantu (kalau nanti mau
wapri juga boleh)
Pertanyaan 3:
Assalamu'alaikum, Indah - Banjarnegara
Bagaimana cara mengatasi WB saat kita mengikuti
3 pelatihan sekaligus, seperti yang saya alami saat ini, saya mengikuti
pelatihan KBMN 28, tapi juga minat dengan tantangan Prof. Ekoji, dan juga
program dari pak Dail... Semuanya hanya membutuhkan waktu singkat, kadang kalau
digunakan untuk membaca-baca seperti ada waktu yang hilang, mohon pencerahannya
agar semuanya dapat terselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan.
Jawab:
Wa 'alaikum salam Bu Indah. Setengah dari
pertanyaan adalah jawaban. Saya yakin sebetulnya Bu Indah sudah tahu jawaban
cara mengatasi WB yang berkaitan dengan waktu. 😊
Kalau saya di posisi Ibu, saya akan
membuat skala prioritas dan jadwal menulis. Insya Allah ketiga-tiganya akan
bisa dijalani dengan baik asal kita istiqomah dengan jadwal yang telah kita
tetapkan.
Cari dan kenali waktu emas Bu Indah dalam
menulis (karena tiap orang bisa berbeda).
Apakah Bu Indah senang menulis di kala
subuh? Sebelum tidur? Saat jeda istirahat?
Menulislah di waktu terbaik tersebut 😊
Semoga membantu
Pertanyaan 4:
Assalamualaikum....
Saya Wahyuning dari Jakarta Pusat. kalimat
akhir yang menusuk di dada, tulisan buruh lebih baik dari pada tulisan yang
tidak selesai. Nyesek dadaku Ibu guru hehe..... Tetapi boleh dong berikan tips
dan trik dari Bu Dita yang cantik ini untuk saya agar bisa menyelesaikan satu
persatu karya yang masih menjadi draft di laptop? terima kasih
Jawab:
Ehehehe... Tenang tenang, saya juga pernah
kok membuat tulisan tulisan buruk. Tapi toh itu tetap berkesan ketika dibaca
ulang 😁
Tips dari saya, coba buka kembali kemudian
kelompokkan. Siapa tau bisa jadi buku. Buku solo pertama saya berjudul Lelaki
di Ladang Tebu juga asalnya kumpulan draft cerpen di laptop. Kuatkan tekad, olah kembali. Kalau bisa
sambil membuat daftar isi.
Mulai dari akhir (bayangkan bukunya sudah
jadi, bukan sekedar draft lagi). Dan tentu saja: mulai menulis. Mari kita ingat bersama bahwa menulis adalah kata kerja.
Artinya harus dilakukan baru ia akan bermakna. Semangat!
Pertanyaan 5:
Assalamu'alaikum Wr Wb ..
R. Agung PS, Jakarta. Saya sudah merasakan
writer's block ketika tulisan saya
sedikit yang membaca. Muncul di sana
keengganan untuk menulis lagi. Apakah yang harus saya lakukan. Menulis dengan
topik aktual tetapi kurang dikuasai, atau terus menulis tanpa menghiraukan
jumlah pembaca?
Jawab:
Wa 'alaikum salam... Pak Agung, saya juga
pernah merasa di posisi Pak Agung. Sedih memang ketika sudah menulis dengan
kesungguhan hati namun masih sedikit yang membaca. Tetapi, kalau boleh saya
tanyakan ... apa sebetulnya niat Pak
Agung dalam menulis?. Seingat saya Prof Eko juga menyarankan agar kita menulis
sesuai dengan minat kita atau yang kita kuasai. Namun, jika niat Pak Agung
memang menulis agar bisa dibaca banyak orang, banyak cara yang bisa ditempuh. Tetap
konsisten menulis dan berbagi tulisan, atau ikut kelas menulis khusus untuk freelance seperti ghost writer, content writer,
dll.
Berbeda jika ternyata Pak Agung memiliki
niat lain. Misal, untuk berbagi pengalaman. Maka, jangan jadikan jumlah pembaca
sebagai patokan. Karena setiap penulis akan menemukan takdir pada para
pembacanya. Yakin, bahwa setiap tulisan yang kita buat akan tetap bermanfaat
walau hanya untuk satu orang. Bukankah, satu tulisan yang bermanfaat atau
menginspirasi bagi satu orang, akan lebih baik daripada tulisan yang dibaca
banyak orang tetapi mudah dilupakan?
Saya yakin, jika Pak Agung tetap menulis,
kelak tulisan Pak Agung akan dibaca oleh banyak orang, sebanyak yang Pak Agung
mau, insya Allah 😊
Semangat, Pak Agung 👍🏻
Pertanyaan 6:
Assalamu'alaikum. Nama saya Rahman
Sumenep, Mau tanya bu, bagaimana cara kita untuk menghilangkan rasa
keragu-raguan saat menulis, karena ide mandek di tengah jalan. Terima kasih.
Jawab:
Wa 'alaikum Pak Rahman. Yuk, menulis
dengan teknik free writing alias
menulis bebas. Saat mandek, coba tulis saja: "Sekarang ini saya sedang buntu menulis. Entah mengapa tiba-tiba mandek.
Seperti sedang berlari sprint lantas menabrak tembok .... dst." Atau
bisa juga:
"Jujur,
saat ini aku ragu. Ragu jika tulisanku ini seindah pelangi. Seharum mawar. Atau
sebaik intan yang akan dipandang banyak orang. Banyak ketakutan yang muncul
dalam benakku ... dst"
Nah kan meski mandek, dengan teknik free
writing (biarkan tangan menulis dan ide muncul belakangan, tak perlu
bingung benar salah yang penting nulis). Eh belom beres ya 😅
Dengan teknik free writing, insya Allah bisa kabur tuh virus WB nya. Selamat
mencoba!.
Pertanyaan 7:
Assalamualaikum, saya Maria Ulfa dari
Lombok, pertanyaan saya:
1. Apa kita jg bisa meraih mimpi seperti
Ibu Ditta yang hebat, walau kami tidak se-getol Bu Ditta?
2. Apa yang paling penting dipersiapkan
utk menjadi seorang penulis. Terima kasih
Jawab:
Wa 'alaikum salam Bu Maria.
1. Pasti bisa dooong, yakin.
2. Mental seorang penulis. Jika berkenan,
silakan simak video yang saya buat tentang mental seorang penulis ya Bund: https://youtu.be/UkRDLmA4dUY
Pertanyaan 8:
Saya Umatun Nur Islamiyati peserta KBMN 28
dari Kemenag Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Saya penulis awam dan masih awal.
Semangat menulis karena kagum kepada Bunda Lilis sutikno.
Pertanyaan: Bagaimana trik trik biar bisa
menulis yang bermutu. Saya mulai menulis sudah setua ini umur saya yaitu 50
tahun lebih. Tetapi saya tetap semangat.
Jawab:
Wah, terima kasih... Kisah Bunda Lilis dan
Bunda Kanjeng cocok jadi inspirasi nih untuk kasus Bunda. Untuk tipsnya "practice makes perfect" dan
perbanyak membaca terkait dengan apa yang akan kita tulis.
Misal jika Bunda senang menulis puisi,
maka mari membaca karya-karya sastrawan terkemuka.
Bila senang cerpen, mari perbanyak baca
cerpen yang berhasil dimuat di media massa atau karya cerpenis populer.
Membacanya harus seperti kacang goreng.
Dinikmati, diresapi kata-katanya, kenali diksi yang digunakan, dsb. Bukankah
makan kacang goreng lebih nikmat bila perlahan, bukan sekaligus 😁
Lain halnya jika ingin menulis karya
ilmiah, ya mesti mau membaca jurnal. Hehehe... Saya pernah baca tulisan Prof.
Ngainun, jika ingin menulis jurnal, setidaknya kita harus membaca beberapa
volume dari jurnal yang kita targetkan. Eh ini berganti ya... Pokoknya tetap
semangat ya Bun. Usia bukan halangan bagi seseorang untuk bisa menjadi penulis
andal.
Pertanyaan 9:
Saya Pak Wigung dari Gunung Kidul dari Yogyakarta.
Apakah WB termasuk penyakit, Bu?
Ehehe... itu istilah saya saja Pak, karena
berdasarkan pengalaman bisa datang berulang kali. Misalnya yang saya alami,
saya pernah terkena WB karena lelah fisik. Di waktu lain, saya terkena WB
karena terlalu perfeksionis.
Saya katakan "penyakit" karena
memang jika dibiarkan, dampaknya bisa fatal. Tak produktif lagi.
Pertanyaan 10:
Pak Etik Nurinto, S.Pd.SD. Dari : Pemalang
Apa yang menurut Bu Ditta paling sulit
saat menulis dan bagaimana mengatasinya?
Jawab:
Wahhh, Pak Etik ini teman saya, Hmm...,
pertanyaan sulit. Yang paling sulit
saat menulis menurut saya adalah percaya
dengan tulisan sendiri.
Terkadang kita baru percaya tulisan kita
baik, ketika ada orang yang berkomentar baik. Kita terlalu khawatir dengan
penilaian orang lain, padahal sejatinya tak pernah ada manusia yang sempurna.
Buku buku best seller pun ada edisi revisinya, kan?
Cara mengatasinya ...
Dengan mengingat niat awal kita menulis.
Mengingat kembali masa masa dimana kita menikmati proses menulis itu sendiri. Dan
tak lupa berdoa. Seperti malam ini, sebelum menulis di grup ini, saya juga
meminta doa pada kedua orang tua saya 😊
Nah loh, malah nggak singkat lagi. Maafkan...
Moderator menyampaikan
bahwa, “Masih ada 12 pertanyaan. Mohon kesediaan bu Ditta untuk menjawab
melalaui blog dan mohon bu Ditta memberikan closing
statement”. Bu Ditta menjawab moderator, “Ada pepatah yang mengatakan: "It doesn't matter how brilliant is your
brain. If u do not speak up, it would be zero."
Mari, tuangkan dan
sampaikan ide-ide kita, pemikiran pemikiran kita, perasaan perasaan kita agar
menjadi lebih bermakna. Terima kasih Bunda Rali dan bunda Chita serta Ibu Bapak
hebat semua.
Moderator ibu Raliyanti menyampaikan pesan dan sedikit tips yang saya kutip dari seorang penulis bernama Mark Twain: "Rahasia untuk maju adalah memulai. Rahasia untuk memulai adalah memecah tugas-tugas rumit Anda yang luar biasa menjadi tugas-tugas kecil yang dapat dikelola, dan kemudian memulai dari yang pertama”.
Mantap bu..siap mengikuti
BalasHapusGercep nih bun
BalasHapusSubhanalloh.lengkap
BalasHapusSubhanallloh lengkap profesional semua.
BalasHapusSiap ngenutbureni jejak profesional semuanya
BalasHapusMantap ibuku..
BalasHapusMantap ... Bu Guru Cantik
BalasHapussemangat melanjutkan
BalasHapusSelamat menanti materi dari narsum
BalasHapusSemangat, minta tolong lirik dan komen https://notshka.blogspot.com/2023/01/ulala.html
BalasHapusLuar biasa...
BalasHapusLengkap sekali. Tetap semangat ibu guru cantik💪💪
Resume yang cetar dan full manfaat
BalasHapusResume nya luar biasa. lengkap sekali ibuk guru cantik
BalasHapus